my prince

my prince
4910

Jumat, 09 November 2012

askep prostat


BPH
BENIGNA PROSTAT
I.              DEFINISI
ð  Terjadi pada laki-laki > 50 th
ð  Pengaruh hormon
ð  Hiperplasia dan hipertrofi
II.           PATOFISIOLOGI
      Prostat membesar à menyumbat kolum vesikal / uretra prostatik à urine inkomplit / retensi urine à hidroureter à hidronefrosis
III.        MANIFESTASI KLINIK
ð  Komplek gejala obstruktif dan iritatif
-          Peningkatan frekwensi, nokturia, dorongan
-          Stranguria (anyang –anyangan)
-          Abdomen tegang
-          Aliran urine tidak lancar
-          Volume menurun
-          Dribling
-          Rasa kandung kemih tidak kosong
-          Retensi urine akut
ð  Anoreksia, mual dan muntah
ð  Nyeri epigastrik à Retensi urine kronis
                                       Azotemia
                                        Gagal ginjal
IV.        EVALUASI DIAGNOSTIK
ð  Rektal digital
ð  Urinalisis
ð  Darah kimia
ð  IVP, cistografi
ð  Jantung dan pernafasan
V.           PENATALAKSANAAN
ð  Farmakologi
-          Antibiotik
-          Hindari phenylpropandamin
-          Alpha-Adrenergik (terazosin)
-          Anti androgen (finasteride)
VI.        BEDAH PROSTAT
1.       Transurethral Resection ( TUR /TURP )
ð  Paling umum
ð  Untuk pembesaran prostat kecil
ð  Resiko bedah buruk
ð  Kadang perlu diulang
ð  Ejakulasi retrograde
ð  Jarang disfungsi erektil
2.       Suprapubic Prostatectomy
ð  Insisi abdomen dan kandung kemih
ð  Segala ukuran
ð  Perdarahan
ð  Disfungsi erektil
3.       Retropubic Prostatectomy
ð  Insisi abdomen rendah antara arkus pubis dengan kandung kemih
ð  Prostat yang besar
ð  Perdarahan dapat lebih di kontrol
ð  Inflamasi tulang pubis (osteitis p)
4.       Perineal Prostatectomy
ð  Insisi pada perineum
ð  Kanker prostat
ð  Luka mudah terkontaminasi
ð  Impotensi
5.       Transurethral Incision Of  The Prostate ( TUIP )
6.       Transurethral Laser Insisi Of The Prostat ( TULIP)
      Komplikasi pembedahan :
-          Hemoragie
-          Pembentukan bekuan
-          Obstruksi kateter
-          Disfungsi seksual
VII.     PENGKAJIAN
1.       Masalah urinari yang terjadi
2.       Nyeri
3.       Riwayat keluarga
4.       Cemas
5.       Palpasi kandung kemih
VIII.  DIAGNOSA

Pre operasi

1.       Ansietas b.d ketidakmampuan berkemih
·         Menurunkan ansietas :
-          Kenalkan lingkungan rumah sakit
-          Komunikasi
-          Diskusi masalah
-          Jaga privasi
2.      Nyeri b.d distensi kandung kemih
·         Menghilangkan ketidaknyamanan
-          Tirah baring
-          Analgeetik
-          Pantau pola urinari, distensi kandung kemih
-          Kateterisasi / cistotomi
3.      Kurang pengetahuan b.d masalah dan protokol pengetahuan
·         Pendidikan kesehatan
-          Penjelasan persiapan pra operasi, post operasi
-          Prosedur operasi

Post operasi

1.       Nyeri b.d insisi bedah, pemasangan kateter, spasme kandung kemih
§  Menghilangkan nyeri
-          Tirah baring 24 jam
-          Lokasi dan penyebab
-          Medikasi
-          Pantau obstruksi
-          Pantau balutan
2.      Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan paska operasi dan masa penyembuhan
§  Pendidikan kesehatan
-          Hindari duduk lama
-          Buah / pelunak feses
-          Latihan berkemih
-          Hindari kerja berat, pergi jauh
-          Cukup minum air
-          Hindari makanan pedas, kopi, alkohol
3.      Disfungsi seksual b.d ejakulasi retrogad, sterilitas

Rabu, 24 Oktober 2012

alat alat medis

Pengenalan Fungsi alat-alat medis

Termometer               : untuk mengukur suhu tubuh/ badan.
Stethoscope                : untuk mendeteksi, mempelajari, mendengar bunyi yang timbul dari dalamtubuh/ rongga tubuh.
Sphygomomanometer           : untuk mengukur tekana darah tubuh, berapa angka systole (pada waktu jantung kuncup) dan berapa angka diastole (pada waktu jantung mengembang lagi).
Tourniquet                : untuk membuat pembuluh darah vena di tangan/ di kaki tersembul keluar agar dapat dilaksanakan pemberian infuse atau suntikan i.v. dengan jalan memakai tourniquet.
Tensimeter                 : untuk mengukur tensi atau tekanan darah. Dipergunakan untuk pemeriksaan pasien hipertensi, anemia, dan lain sebagainya.
Bengkok                     : sbg tempat alat2 yang sudah terpakai saat menolong persalinan/merawat luka, dsb
Bak Instrumen          : sbg tempat alat2 yang akan digunakan untuk menolong persalinan/merawat luka, dsb
Handscoon                 : utk melindungi petugas kes saat bekerja
Pinset anatomi           : untuk memban tu proses menjahit luka, utk menjepit otot
PinsetChirurgis        : Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
Masker                       : mencegah menbran mukosa petugas kesehatan kontak dengan percikan darah atau cairan pasien
Handscon                   : melindungi tangan petugas kesehatan dari cairan tubuh pasien
Nasal kanule              : untuk memasukkan sesuatu lewat hidung
Arteri klem                : menjepit pembuluh darah
Spatel lidah                : untuk menekan lidah pada pasien kejang
Tromol                       : tempat kassa
Autiklaf                      : penyeteril alat kesehatan
Cucing                        : tempat betadine
Korentang                  :Alat untuk mengambil alat-alat steril
Arteri klem                :alat untuk menjepit arteri
Garbu tala                  : alat untuk mngetahui pendengaran
Spuit                           :alat untuk injeksi atau menyuntik
Pispot / stikpan          :alat untuk menampung BAB
Reflek hamer             :alat untuk mengetahui apakah anggota gerak masihBerfungsi atau tidak  
Kom                            :alat untuk tempat kapas
gunting Chirurgis      :alat untuk menggunting benangjahit

penanganan luka


ULKUS KAKI DIABETES


  kaki-diabetes-400px
  1. Apa definisi ulkus ?
ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.
  1. Apa definisi ulkus kaki diabetik ?
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi serius akibat diabetes.
  1. Bagaimana fisiologis terjadinya ulkus kaki diabetik ?
Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan yang merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak, pus, serta krusta di atas.

  1. Bagaimana patofisiologis pada masalah kaki diabetik ?
tiga proses yang berbeda berperan pada masalah kaki diabetik :
1) iskemia yang disebabkan oleh makroangiopati dan mikroangiopati
2) neuropati : sensorik, motorik, dan otonom
3) sepsis : jaringan yang mengandung glukosa tersaturasi menunjang pertumbuhan bakteri.
  1. Apa gambaran klinis tentang patofisiologis kaki diabetik ?
gambaran neuropatik
§ gangguan sensorik
§ perubahan trofik kulit
§ ulkus plantar
§ atropati degeneratif (sendi Charcot)
§ pulsasi sering teraba
§ sepsis (bakteri/jamur)
gambaran iskemia
§ nyeri saat istirahat
§ ulkus yang nyeri disekitar daerah yang tertekan
§ riwayat klaudikasio intermiten
§ pulsasi tidak teraba
§ sepsis ( bakteri/jamur)
  1. Ada beberapa grade pada ulkus diabetikum ?
Grade ulkus diabetikum yaitu :
1). Grade 0 : tidak ada luka
2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit
3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4). Grade III : terjadi abses
5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal
6). Grade V : gangren pad seluruh kaki dan tungkak bawah distal.
  1. Apa definisi diabetes melitus ?
Diabetes melitus adalah kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal, menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, dan kelemahan.
  1. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus ?
Komplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Mansjoer, 1999) :
a. Komplikasi akut
  1. Kronik hipoglikemia
  2. Ketoasidosis untuk DM tipe I
  3. Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II
b. Komplikasi kronik
  1. Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak
  2. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik dan nefropati diabetik
  3. Neuropati diabetik
  4. Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
  5. Ulkus diabetikum
  1. Apa macam amputasi yang dapat dilakukan pada kaki diabetes ?
digital, ray, lisfranc/transmetatarsal, syme.
  1. Apa tujuan dilakukannya pengobatan dan perawatan ulkus / penatalaksanaannya?
Pengobatan dan perawatan ulkus dilakukan dengan tujuan pada penyakit yang mendasar dan terhadap ulkusnya sendiri yaitu :
§ Usahakan pengobatan dan perawatan ditujukan terhadap penyakit terhadap
penyakit kausal yang men-dasari yaitu DM.
§ Usaha yang ditujukan terhadap ulkusnya antara lain dengan antibiotika atau
kemoterapi. Pemberian luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan
klorida atau larutan antiseptik ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganat 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang da -pat merata tekanan tubuh
terhadap kaki yang luka. Am-putasi mungkin diperlukan untuk kasus DM
  1. Jika penanganan kaki diabetik kurang intensif / kurang hati hati, maka akan menimbulkan ?
ketoasidosis diabetik
  1. Pencegahan (hal yang harus dilakukan)?
Lakukan :
§ Cuci dan keringkan kaki secara hati-hati setiap hari
§ Periksa kaki setiap hari
§ Lakukan perawatan kuku kaki secara teratur
§ Gunakan bedak antijamur
  1. Pencegahan (hal yang tidak seharusnya dilakukan) ?
jangan dilakukan :
§ Berjalan tanpa alas kaki
§ Menggunakan sepatu yang terlalu sempit
§ Menggunakan botol berisi air panas
§ Menyepelekan setiap trauma pada kaki
  1. Terapi apa yang bisa dilakukan pada kasus kaki diabetik ?
Selusitis
§ Bersihkan semua sumber sepsis
§ Antibiotik intravena segera
Nadi (dapat tidak teraba)
§ Masalah aliran masuk arteri utama diobati secara konvensional sebagai POVD
Osteomielitis kronis (biasanya sekunder akibat ulkus)
§ Antibiotika
§ Amputasi
Ulkus pada titik tekanan
§ Kontrol sepsis
§ Bersihkan jaringan mati
§ Pertimbangkan amputasi lokal
?nfeksi paronikia
§ Drainase pus
§ Pertimbangkan eksisi kuku
§ Podiatri
Sendi yang mengalami kelainan
§ Sepatu/alas kaki yang pas
§ Alas kaki sengan bantalan
  1. Seperti apa gambaran klinis pada kasus kaki diabetik ?
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine, yaitu 4 :
a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas(semutan atau geringgingan).
b. Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.
d. Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
  1. Apa saja klasifikasi kaki diabetik ?
Klasifikasi :
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut Wagner, yaitu ;
Sistem Klasifikasi Kaki Diabetik, Wagner. Derajat
Lesi
0 Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
1 Tukak superfisial
2 Tukak lebih dalam
3 Tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan atau osteomielitis
4 Gangren jari
5 Gangren kaki
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya daerah iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dari klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner.
Sistem Klasifikasi Kaki Diabetik, modifikasi Brodsky. Kedalaman luka Definisi
0 Kaki berisiko, tanpa ulserasi
1 Ulserasi superfisial, tanpa infeksi
2 Ulserasi yang dalam sampai mengenai tendon
3 Ulserasi yang luas/abses
  1. Jenis luka dilihat dari Luas daerah Iskemia, antara lain :
A Tanpa iskemia
B Iskemia tanpa gangren
C Partial gangrene
D Complete foot gangrenen
  1. Apa kaidah pencegahan yang bisa dilakukan ?
Kaidah pencegahan kaki diabetik, yaitu :
a. Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting sehingga menuntut perhatian penuh.
b. Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan handuk kering setiap kali mandi.
c. Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat dengan menggunakan cermin.
d. Kaki harus dilindungi dari kedinginan.
e. Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api.
f. Sepatu harus cukup lebar dan pas.
g. Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat.
h. Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.
i. Alas kaki tanpa pegangan, pita atau tali antara jari.
j. Kuku dipotong secara lurus.
k. Berhenti merokok.
  1. Apa prognosis yang bisa kita pahami pada masalah kaki diabetik ?
Prognosis :
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia penderita diabetes melitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes melitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis
  1. Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan, yaitu :
    a) Tingkat 0.
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan deformitas.
b) Tingkat I. Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.
c) Tingkat II.
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur,perawatan lokal luka dan teknik pengurangan beban yang lebih berarti.
d) Tingkat III.
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.
e) Tingkat IV. Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh kaki.
Referensi :
· Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
· Persatuan ahli penyakit dalam indonesia. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ketiga. Jakarta : Gaya Baru.
· Kamus Saku Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1998. Hal 309.
· Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 571-705.

hormon androgen

Androgen

Androgen juga dapat disebut hormon androgenik atau testoid, adalah istilah generik untuk senyawa alami atau sintetis. Androgen adalah hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik laki-laki vertebrata dengan mengikat reseptor androgen. yang juga merupakan pendukung aktivitas organ seks pria dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder laki-laki.
Androgen pertama kali ditemukan pada tahun 1936. Androgen juga merupakan steroid anabolik asli serta pendahulu dari semua estrogen hormon seks perempuan. Androgen yang utama dan paling terkenal adalah testosteron, androgen lain yang kurang penting adalah dihidrotestosteron dan androstenedione.

Daftar isi

Tipe

Sebuah subset dari androgen, hormon androgen adrenal, termasuk salah satu dari 19-karbon steroid yang disintesis oleh korteks adrenal, bagian terluar dari kelenjar adrenal (zonula reticularis-wilayah terdalam dari korteks adrenal), yang berfungsi sebagai steroid lemah atau prekursor steroid, termasuk dehydroepiandrosterone (DHEA), dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S), dan androstenedione.
Selain testosteron, terdapat juga androgen lain seperti:
  • Dehydroepiandrosterone (DHEA): hormon steroid yang dihasilkan dengan kolesterol sebagai bahan, dan korteks adrenal sebagai pengolahnya. Androgen ini adalah prekursor utama estrogen alami. DHEA juga dapat disebut dengan dehydroisoandrosterone atau dehydroandrosterone.
  • Androstenedione (Andro): sebuah steroid androgenik yang dihasilkan oleh testis, korteks adrenal, dan ovarium. Selain diubah secara metabolik ke testosteron dan androgen lainnya, mereka juga termasuk struktur induk dari estron. Androstenedione juga dapat dijadikan suplemen bagi manusia saat membentuk tubuh yang atletis namun, hal ini telah dilarang oleh Komite Olimpiade Internasional serta organisasi olahraga lainnya.
  • Androstenediol: metabolit steroid yang dipercaya berperan sebagai regulator utama dari sekresi gonadotropin.
  • Androsterone: bahan kimia yang diciptakan saat pemecahan androgen dari progesteron. Androgen ini ditemukan dalam jumlah yang kurang lebih sama dalam plasma dan urin pria dan wanita.
  • Dihidrotestosteron (DHT): metabolit testosteron, dan androgen lebih kuat daripada testosteron dalam yang lebih kuat mengikat pada reseptor androgen. Androgen ini dihasilkan dalam korteks adrenal.

Fungsi

Pertumbuhan Laki-laki

Pembentukan Testis

Saat mamalia bertumbuh, hanya gonad yang mampu berubah menjadi ovarium atau testis pada manusia.
Mulai dari minggu ke-4, dasar-dasar gonad yang hadir dalam mesoderm menengah berdekatan dengan ginjal berkembang. Pada saat minggu ke-6, korda seks epitel yang berkembang di dalam testis membentuk dan menggabungkan sel germinal saat mereka bermigrasi ke dalam gonad. Pada laki-laki, gen kromosom Y tertentu, terutama SRY, mengontrol perkembangan fenotipe laki-laki, termasuk pembentukan dari gonad bipotential ke testis.

Produksi Androgen

Mesoderm yang diturunkan dari sel epitel korda seks di testis berkembang menjadi sel Sertoli yang akan berfungsi untuk mendukung pembentukan sel sperma. Sebuah populasi kecil non-sel epitel muncul antara tubulus pada minggu ke-8 dari perkembangan janin manusia. Inilah yang biasanya disebut sel Leydig. Setelah membelah diri, sel Leydig mulai memproduksi androgen.

Efek Androgen

Androgen berfungsi sebagai hormon parakrin yang dibutuhkan oleh sel Sertoli untuk mendukung produksi sperma. Mereka juga diharuskan untuk berperan dalam maskulinisasi pada janin laki-laki yang sedang berkembang (termasuk penis dan pembentukan skrotum). Di bawah pengaruh androgen, sisa-sisa mesonephron tersebut, duktus Wolffii, berkembang menjadi epididimis, vas deferens dan vesikula seminalis. Peristiwa ini juga didukung oleh hormon dari sel Sertoli, MIH (Miillerii hormon penghambat), yang mencegah saluran Miillerii embrio berkembang menjadi saluran tuba dan organ reproduksi perempuan lainnya pada embrio laki-laki. MIH dan androgen bekerja sama untuk menjaga gerakan normal testis ke dalam skrotum.

Minggu, 09 September 2012

askep hernia


HERNIA

A.    Definisi
-          Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat(1).
-          Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).
-          Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it (1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B.     Etiologi

Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).

C.    Klasifikasi
1.       Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2.       Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3.       Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4.       Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.       Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,                   hernia strangulata.



6.       Nama penemunya :
a.       H. Petit (di daerah lumbosakral)
b.       H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.       H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.       Beberapa hernia lainnya :
a.       H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b.       H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.       H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

D.    Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.

















E.      
      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

F.     Penatalaksanaan
-          Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
-          Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
-          Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

G.    Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (3)
1.       Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a.       Kaji dan catat nyeri
b.      Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.
c.       Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).
d.      Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
e.       Berikan analgesik sesuai program.

2.       Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine ³ 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a.       Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
b.       Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
c.       Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3.       Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah  instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.
a.       Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b.      Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c.       Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
d.      Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder post operasi
Hasil yang diperkirakan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyeri berkurang sampai hilang
    1. Kaji karakteristik nyeri
    2. Ajarkan pasien teknik relaksasi panas dalam
    3. Atur posisi yang nyaman
    4. Monitor tanda – tanda vital
    5. Kolaburasi dokter untuk pemberian analgetik

  1. intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
hasil yang diperkirakan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam aktifitas pasien tidak terganggu
    1. Bantu pasien dalam melakukan ROM aktif dan pasif
    2. Bantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pasien
    3. Kaji tingkat kemampuan pasien
    4. Anjurkan pasien untuk beraktifitas

  1. resti infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi
hasil yang diperkirakan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi
    1. Kaji luka pasien
    2. Monitor tanda-tanda vital pasien
    3. Ganti balut setiap hari dengan teknik steril
    4. Monitor hasil laboratorium (Hb, Leko, Trombosit)
    5. Kolaburasi dokter untuk pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA


1.      Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
2.      Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
3.      Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
4.      Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba  Media. Edisi I. 2002.
5.      Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.