Jumat, 25 November 2011
Penanganan Tukak Diabetik Menggunakan Dressing Modern
Tukak diabetik merupakan tukak dengan angka kejadian paling sering muncul dibandingkan tukak lain dari keseluruhan pasien yang mengalami tukak. Berdasarkan data dari Divisi Bedah Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2009, dari 202 pasien yang mengalami tukak, 184 di antaranya merupakan pasien tukak diabetik. Sementara, sisanya adalah tukak dekubitus, tukak vena, dan tukak arteri. Menurut patofisiologinya, luka kronik terdiri dari empat macam, yakni tukak pressure, tukak diabetik, tukak vena, dan tukak arteri. Demikian dikatakan Dr. Teguh Marfen Djayakusumah, SpB(K)V, dalam acara Workshop yang merupakan bagian dari rangkaian Annually Indonesian Vascular Update II & Indonesian Vascular Surgery Meeting Symposium-Workshop. Pertemuan Ilmiah Tahunan ahli bedah vaskular yang mengangkat tema “Diminishing Vascular Problem Through the Best Treatment,” ini diselenggarakan pada 24-25 April 2010, di Padang Golf Modern, Tangerang, Banten.
Berbicara mengenai tukak diabetik, Dr. Raflis Rustam, SpB(K)V, yang kami temui di sela-sela acara workshop yang disponsori oleh PT BSN medical Indonesia tersebut mengatakan, ”Penderita diabetes yang tidak terkontrol memiliki kemungkinan besar terkena tukak.” Tukak tersebut terjadi karena adanya tekanan dan rangsangan pada pengerasan telapak kaki. Tekanan dan rangsangan ini mengiritasi jaringan sekitarnya dengan trauma yang kecil. Luka kecil ini menjadi sumber masuknya bakteri penyebab infeksi.
Menanggapi pendapat yang menyatakan tukak diabetik harus selalu diamputasi, dokter yang bertugas di Bagian Bedah Rumah Sakit M. Djamil, Padang, ini mengatakan, ”Tidak, tidak harus diamputasi. Amputasi dilakukan hanya pada kasus yang berat sekali di mana jaringan di daerah tersebut sudah mati.” Sebaliknya, pada tukak diabetik yang jaringannya masih hidup sebaiknya dilakukan perawatan dengan memeriksa perfusi, luas dan dalam luka, kultur, serta esensibilitas. Jadi, jika terjadi tukak diabetik harus dilakukan perawatan sebaik mungkin. “Kita harus yakin bahwa nutrisi ke bagian distal bagus karena merawat luka tanpa perfusi yang bagus akan memerlukan waktu yang lama sekali, ” ungkapnya.
Pada luka yang basah, harus diberikan absorben dressing, kata dokter yang menyelesaikan pendidikan bedah vaskular di FKUI ini. Sekarang sudah ada dressing modern yang tidak hanya sebagai antimikrobial, tetapi juga bisa tetap mempertahankan kelembaban luka. Bakteri akan terikat pada dressing dan terangkat saat pergantian dressing. Dengan kelembaban yang tetap terjaga dan disertai dengan pembalutan, penyembuhan luka lebih terfasilitasi. Pembalutan ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi vena yang ada. Meski kelainan tukak diabetik berkaitan dengan arteri, tetapi sistem vena biasanya juga terganggu. “Penggunaan dressing modern efektif untuk menangani tukak diabetik,” ujarnya.
Mengenai penggunaan dressing modern dalam penanganan tukak diabetik, Dr. Ismon Kusasi, SpB(K)V, menyatakan, “Dressing yang ideal adalah yang lembab, hangat, dan steril. Syarat ini dipenuhi oleh modern wound dressing yang ada sekarang dan banyak beredar.” Intinya, dressing modern bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan menghemat waktu serta biaya. Jika dihitung per satuan, penggunaan dressing ini kelihatan lebih mahal, namun jika dilihat secara keseluruhan cost-nya lebih murah. Misalnya, penggunaan dressing konvensional harus empat kali ganti dalam sehari, sedangkan dengan dressing modern hanya cukup sekali dua hari.
“Dressing itu sifatnya seperti pakaian, individual,” ungkap Dr. Patrianef, SpB. Artinya, penggunaan dressing disesuaikan dengan kondisi tukak. Misalnya, penggunaan dressing pada tukak yang banyak slough dan ada rongganya berbeda dengan tukak yang sudah epitelisasi di permukaan saja. Untuk tukak yang ber-slough diperlukan hydrogel (Cutimed® gel) agar jaringan slough/nekrotik dapat melunak dan sebagai secondary dressing dapat diaplikasikan Cutimed® Sorbact® Round swab sehingga semua rongga terisi. Sedangkan tukak yang sudah ada epitelnya cukup mempertahankan kelembabannya menggunakan foam dressing Cutimed® Siltec L. “Tujuan penggunaan dressing modern adalah sembuh dengan cepat,” ujar Dr. Ismon meyakinkan.
Menanggapi acara workshop kali ini, Dr. Patrianef mengatakan bahwa acara semacam ini merupakan cara efektif untuk membagi pengetahuan kepada dokter-dokter dan perawat mengenai penggunaan dressing yang baik dan benar. “Kami dokter tidak akan mampu melakukan edukasi semacam ini tanpa bantuan mitra seperti PT BSN medical Indonesia ,” ungkapnya.
Tidak hanya bagi dokter, workshop kali ini juga sangat bermanfaat bagi perawat. Seperti diungkapkan oleh Susi Alfianti, Amd, dari Sidhartawan Soegondo Diabetes Care, dengan mengikuti acara ini, ia jadi lebih mengetahui proses penyembuhan luka, baik tukak pressure, tukak diabetik, tukak arteri, maupun tukak vena. “Saya jadi semakin memahami cara menggunakan dressing modern untuk penyembuhan tukak diabetik,” katanya. Perawat yang banyak menangani tukak diabetik ini menyatakan bahwa harga dressing modern per satuan memang kelihatannya lebih mahal, namun waktu penyembuhannya lebih cepat sehingga total cost menjadi lebih murah. “Dengan menggunakan dressing seperti Cutimed® Sorbact® selama tiga hari, terjadi kemajuan yang sangat signifikan.” Ia mengharapkan acara semacam ini dapat dilakukan di rumah sakit-rumah sakit agar lebih banyak perawat yang dapat mengikuti edukasi ini. Selain itu, edukasi juga perlu dilakukan. Tidak hanya di rumah sakit di kota-kota besar, tetapi di kota-kota kecil juga perlu dirambah agar informasi mengenai dressing modern ini menjadi lebih merata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar