my prince

my prince
4910

Rabu, 25 November 2015

Perawatan luka bakar secara umum

Perawatan luka bakar di rumah sakit memiliki SOP masing-masing. Ada yang regulasinya memang tinggi sehingga perawatannya memang lebih cepat dan setara dengan harga, namun ada pula yang menyesuaikan dengan kondisi peralatan yang tersedia. Perawatan luka bakar hendaknya diperhatikan dengan baik karena penanganan yang salah akan berakibat pada lambatnya kesembuhan luka dan bekas luka yang tampak buruk.

Perawatan luka derajat 1

Perawatan luka bakar derajat 1 tidak memerlukan tindakan khusus, dapat diberikan sediaan topikal dan analgetik.

Perawatan luka derajat 2

  1. Bersihkan (irigasi) luka dengan larutan NaCl 500 cc yang ditambahkan dengan Savlon 5 cc
  2. Tutup luka dengan tule, produk yang biasa digunakan adalah Sofratule
  3. Balut luka dengan kasa steril
  4. Biarkan balutan selama sepekan lalu lakukan pergantian perban

Perawatan luka bakar derajat 3

  1. Bersihkan atau irigasi luka dengan larutan NaCl 500 cc yang dilarutkan dengan Savlon 5 cc
  2. Oleskan zalf Silversulfadiazine, merk yang biasa digunakan adalah Burnazin atau Dermazin
  3. Balut luka dengan kasa steril tebal
  4. Lakukan debridemen setiap hari
  5. Perawatan lanjutan bisa dilakukan sesuai indikasi, lakukan eskarektomi dan cangkok kulit jika lapisan kulit terbakar seluruhnya.

Selasa, 17 Februari 2015

Askep trauma TUMPUL ABDOMEN

ASKEP TRAUMA TUMPUL ABDOMEN (Lengkap)

A.     PENGERTIA

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 200)

B.       ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB

Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.

C.       ANATOMI DAN FISIOLOGI

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah.  Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.

Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.

Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.

Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

D.     PATHOFISIOLOGI

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :

§  Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

§  Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

§  Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

E.       DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN

Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah baik bio - psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre operasi :

a.       Dampak pada fisik :

q  Pola Pernapasan :

Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma.

Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.

q  Pada sirkulasi

Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.

q  Perubahan perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic.

q  Penurunan Volume cairan tubuh.

Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia.

q  Kerusakan Integritas kulit.

Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan  kulit atau yang dibagian dalamnya  diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.

b.      Dampak Psikologis :

Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.

c.       Dampak Sosial :

Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit)

F.       ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.

1.1  Anamnesa

1.1.1        Biodata

1.1.2        Keluhan Utama

-        Keluhan yang dirasakan sakit.

-        Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.

1.1.3        Riwayat penyakit sekarang (Trauma)

-        Penyebab dari traumanya  dikarenakan benda tumpul atau peluru.

-        Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.

-        Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.

-        Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.

1.1.4        Riwayat Penyakit yang lalu

-        Kemungkinan pasien sebelumnya  pernah menderita gangguan jiwa.

-        Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.

1.1.5   Riwayat psikososial spiritual

-        Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.

-        Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.

-        Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).

1.2  Pemeriksaan Fisik

1.2.1        Sistim Pernapasan

-        Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.

-        Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.

-        Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.

-        Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.

1.2.2  Sistim cardivaskuler (B2 = blead)

-        Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.

-        Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.

1.2.3   Sistim Neurologis (B3 = Brain)

-        Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.

-        Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak

-        Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)

1.2.4   Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)

-        Pada inspeksi :

¨       Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.

¨       Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.

¨       Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.

¨       Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.

-        Pada palpasi :

·         Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.

·         Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.

·         Kalau ada  vulnus sebatas mana kedalamannya.

-        Pada perkusi :

§  Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.

§  Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.

-        Pada Auskultasi :

§  Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.

-        Pada rectal toucher :

§  Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.

§  Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.

1.2.5        Sistim Urologi ( B5 = bladder)

-        Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.

-        Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.

-        Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.

1.2.6         Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )

¨      Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.

¨      Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.

1.3      Pemeriksaan Penunjang :

1.3.1   Radiologi :

-  Foto BOF (Buick Oversic Foto)

-  Bila perlu thoraks foto.

-  USG (Ultrasonografi)

1.3.2   Laboratorium :

-  Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)

Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.

-  Urine lengkap (terutama ery dalam urine)

1.3.3   Elektro Kardiogram

-  Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

2.        Diagnosa Keperawatan

Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma tumpul abdomen adalah sebagai berikut :

2.1        Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.

2.2        Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

2.3        Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

2.4        Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.

2.5        Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi / informasi inadquat yang itandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang dialami dan akibat dari pembedahan.

3.       Perencanaan

3.1   Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.

Tujuan :

ü  Keseimbangan cairan tubuh teratasi.

ü  Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi.

Kriteria Hasil :

ü  Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat gejala – gejala dehidrasi.

ü  Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %

ü  Tanda vital dalam batas normal.

ü  Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.

Rencana Tindakan :

1)      Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemic

2)      Jelaskan tentang sebab – akibat dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan.

3)      Observasi gejala – gejala vital, suhu, nadi,  tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30 menit.

4)      Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.

5)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :

§  Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.

§  Menghentikan perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi.

§  Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag.

§  Pemberian transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.

§  Pemasangan lingkar abdomen.

§  Pemeriksaan EKG.

6)      Kolaborasi dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks.

7)      Kolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap.

8)      Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi.

9)      Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi.

10)  Motivasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya.

3.2  Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari  3  detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

Tujuan :

§  Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.

Kriteria hasil :

§  Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.

§  Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.

§  Capillary reffil kurang dari 3 detik.

§  Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.

Rencana Tindakan

1)      Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan.

2)      Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.

3)      Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.

4)      Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral.

5)      Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.

6)      Monitoring input dan out put terutama produksi urine.

3.3  Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

Tujuan :

-        Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

-        Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.

-        Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.

-        Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1)      Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.

2)      Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.

3)      Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri.

4)      Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.

5)      Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.

6)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab utama)

3.4  Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.

Tujuan :

-    Kecemasan dapat diatasi.

Kriteria hasil :

-        Klien mengatakan tidak cemas.

-        Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.

-        Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan.

Rencana Tindakan :

1)      Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya.

2)      Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.

3)      Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

4)      Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan perasaannya.

5)      Observasi tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.

6)      Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.

7)      Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.

8)      Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.

3.5  Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.

Tujuan :

-        Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan.

Kriteria hasil :

-        Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.

-        Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.

Rencana Tindakan :

1)      Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.

2)      Jelaskan secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.

3)      Diskusikan tentang hal – hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan proses penyembuhan.

4)      Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

5)      Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.

6)      Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan darah untuk transfusi.

4.       Pelaksanaan Perawatan

Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.

5.        Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R  (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal antara lain :

1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.

2.     Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).

3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.

4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.

5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1.                                      American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.

2.                                       Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.

3.                                      Horison’ s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

4.                                      Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.

5.                                      Doenges E. Marilyn. Et  All. 1987.Nursing Care Plans,  Edition 2, Company Philadephia.

6.                                      Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung

Jumat, 23 Januari 2015

Jenis narkoba gol I

http://health.detik.com/read/2015/01/22/194300/2811387/763/fakta-fakta-lsd-narkotika-yang-dipakai-pelaku-tabrakan-maut-pondok-indah

Penyakit yang disebabkan oleh jaga shift malam

http://health.detik.com/read/2015/01/22/195912/2811394/763/sering-kebagian-shift-malam-perawat-rentan-terserang-penyakit-jantung

Selasa, 13 Januari 2015

Tips melakukan swamedikasi

Adapun tips untuk melakukan  Swamedikasi terhadap diri sendiri maupun orang-orang sakit disekitar kita, diantaranya :

·         Kita sebagai pasien harus dapat membaca dan mencermati secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang disiapkan di dalam kemasan seperti komposisis zat aktif, indikasi (kegunaan), kontra indikasi (larangan terhadap), efek samping, interaksi obat, dosis dan cara penggunaan.

·         Memilih obat dengan kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya jika gejala penyakitnya adalah demam, maka pilih obat yang bersifat antipiretik (penurun panas) seperti parasetamol (panadol, dumin, tempra) atau ibuprofen.

·         Penggunaan obat swamedikasi hanya untuk penggunaan jangka pendek saja (3 hari, atau boleh dilanjutkan sampai seminggu jika tidak mengalami efek samping obat), karena jika gejala menetap atau bahkan makin memburuk maka pasien harus segera ke dokter.

·         Perhatikan aturan pemakaian obat, yang lain seperti frekuensi pemakaian, obat digunakan sebelum atau sesudah makan dan sebagainya.

·         Penting juga untuk memperhatikan masalah makanan, minuman atau obat lain yang harus dihindari ketika mengkonsumsi obat tersebut, dan perhatikan juga bagaimana penyimpanannya.

Rabu, 05 November 2014

pemeriksaan TTV

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
            Dalam lingkungan masyarakat, kesehatan itu penting untuk dipelihara. Peran tenaga medis juga penting untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan. Agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan medis yang semakin canggih dan maju. Untuk itu di perlukan beberapa peran penting bagi masyarakat mengenai kesehatan.
            Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut  nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator  adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada pasien tentu berbeda dengan pasien yang lainnya. Tingkat kegawattan dan penanganan pasien juga berbeda beda, mulai dari yang keadaan kritisi hingga dalam keadaan pasien yang sakit ringan. Prosedur pameriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan darah. Hal inilah yang membuat penulis membuat makalah yang berjudul “PROSEDUR PEMERIKSAAN  TANDA VITAL” yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
1.2  RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan makalah ini maka rumusan masalahnya adalah membahas pengertian dari masing masing tanda  vital, tujuan, peralatan dan perlengkapan, pelaksanaan, dan keadaan normal yang seharusnya.
1.3  TUJUAN
            Untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien dalam tubuh pada. Yang penulis anggap masalah ini sangat kompleks dan sangat menarik untuk menambah pengetahuan pembaca khusunya pada tenaga medis .
1.4  MANFAAT
1.      Agar  dapat  mengetahui tentang pengertian, dan prosedur pelaksanaan tanda-tanda    vital.
2.      Agar  dapat mengetahui tentang tujuan dalam pemeriksaan pada tanda-tanda vital.
3.      Agar  dapat mendapatkan informasi tentang tanda-tanda vital.
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

            Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.   
            Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.
            Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada klien, akan tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien kritis akan membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis, demikian sebaliknya.  Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran tekanan darah.

       I.            PEMERIKSAAN SUHU TUBUH
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Suhu tubuh diukur dalam derajat. Pusat pengaturan suhu tubuh diatur oleh Hipotalamus. Pusat ini menerima pesan dari lokasi reseptor panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan atau mempertahankan kehilangan panas tubuh. Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai dengan respon terhadap faktorlingkungan sehingga tidak tetap untuk pemantauan status kesehatan klien. Kondisi normal dari panas tubuh berada antara 35,9 sampai 37,4 derajat celsius. Sampai saat ini suhu inti tubuh diukur dengan menggunakan alat termometer dan tempat pengukuran suhu tubuh yaitu oral, rectal, axilla, membrane tympany, esophagus, arteri pulmoner.
Suhu Tubuh Inti Dan Suhu Tubuh Permukaan
a.       Suhu inti:        
      (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti     kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya   dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
                  Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani,                    esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal.
b.    Suhu permukaan:       
            (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan,          dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
                  Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral.
Tabel Suhu Tubuh Normal Sesuai Tingkatan Umur
Umur
Suhu (derajat celcius)
3 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
13 tahun
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,6
(Sumber : Joice Engel,1995 )
Tabel Perbandingan suhu berdasarkan jenis kelamin
Probandus
Suhu (°C)
Mulut
Axila
Anus
Skrotum
sblm
ssdh
sblm
ssdh
sblm
ssdh
sblm
ssdh
♂ normal
34,1
34,4
35,6
36
31,8
33,95
34,65
36,25
♂ gemuk
34,3
34,9
35,95
35,9
34,3
36,15
34,05
36,05
♂ kurus
35,1
34,35
35,75
35,65
35,55
35,85
34,6
36,25
♂ alkoholik
34,15
33,6
35,65
35,55
36,3
38,3
35,75
36,35
♀ normal
33,4
32,2
35
35,1
34,1
35,1
-
-
♀ sakit
33,8
32
35,7
35,5
36,7
37,1
-
-
♀gemuk
34,2
33,8
35
34,1
37,2
37,6
-
-
♀ kurus
34,4
32,2
35,2
34,8
35,4
36,6
-
-
(Sumber : Joice Engel,1995 )
Keuntungan Dan Kerugian Pengukuran Suhu Tubuh Pada Membran Timpani, Rektal, Oral, Dan Aksila
1. Membran Timpani
   Keuntungan:
·          tempat mudah dicapai.
·          perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
·          memberi pembacaan inti yang akurat.
·          waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik).
·          Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau mengganggu klien.
   kerugian:
·          Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran.
·          Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga atau                                  membran timpani.
·          Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai.
·          Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu.
·          Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun                     masih diragukan.
2. Rektal
   keuntungan:
·          Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh
·          Menunjukkan suhu inti
   kerugian:
·          Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan                            rektal, nyeri pada area rektal, atau cenderung perdarahan.
·          Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan              ansietas klien.
·          Risiko terpajan cairan tubuh
·          Memerlukan lubrikasi
·          Dikontradiksikan pada bayi baru lahir
3. Oral
    keuntungan:
·          Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi
·          Nyaman bagi klien
·          Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat
    kerugian:
·          Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut
·          Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah oral, trauma oral,                         riwayat epilepsi, atau gemetar akibat kedinginan
·          Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau                    klien konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif
·          Risiko terpapar cairan tubuh
4. Aksilla
   keuntungan:
·          Aman dan non-invasif
·          Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dank lien yang tidak kooperatif.
   kerugian:
·          Waktu pengukuran lama
·          Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien                  

Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh :         
1.  Kecepatan metabolisme basal       
    Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda- beda. Hal ini memberi dampak     jumlah panas yang  diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkaitdengan laju metabolisme.
2.    Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi ephineprin dan norephineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.    Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4.    Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5.    Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C di atas suhu basal.
6.    Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.    Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8.    Aktifitas
Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 °C.
9.    Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10.     Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses Pengeuaran Panas :
1.       Radiasi
      Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 –20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. 
2.       Konduksi
      Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3.       Konveksi
      Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat pada saat kecepatan arus udara meningkat, dan kehilangan panas konventif meningkat.
4.       Evaporasi
      Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.
Hal Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Pengukuran Suhu Tubuh :       
·       Termometer harus dalam keadaan nol suhunya
·       Penggunaan termometer untuk tiap tempat pengukuran harus pisah
·       Cara menurunkan suhu harus dilakukan hati-hati jangan sampai thermometer          jatuh dan pecah
·       Sebelum melakukan pengukuran harus dijelaskan dengan benar tentang tempat      dan tujuan pengukuran suhu
·       Fungsi thermometer harus menghadap keluar untuk arah yang dibaca
·       Pembacaan thermometer harus ditempat yang cukup cahaya
Tujuan tindakan      
Pengukuran suhu tubuh  dilakukan  untuk  mengetahui  suhu badan pasien untuk  menentukan tindakan perawatan.      
Persiapan
         a. Persiapan Alat:   
            1) Termometer bersih dalam tempatnya.          
            2) Tiga buah botol.       
                • botol pertama berisi larutan sabun.
                • botol kedua berisi larutan desinfektan.      
                • botol ketiga berisi air bersih.          
            3) Bengkok (nierbekken).         
            4) Potongan-potongan kertas atau tissue.         
            5) Vaselin dalam tempatnya.    
            6) Buku catatan suhu dan nadi.            
            7) Peralatan dibawa ke dekat pasien.
         b. Persiapan pasien
       Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.   
      

Pelaksanaan

         1) Pengukuran suhu pada ketiak
a)     Bila perlu lengan baju pasien dibuka dan ketiaknya harus dikeringkan         lebih dahulu.
b)     Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol, lalu jepitkan dengan reservoarnya tepat ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipatkan di dada.
c)     Setelah lima sampai sepuluh menit, termometer diangkat dan langsung dibaca dengan teliti, kemudian hasilnya dicatat pada buku.
d)    Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilap dengan potongan kertas atau tissue, kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan dengan air bersih dan keringkan.
e)     Air raksa diturunkan kembali pada angka nol, dan thermometer     diletakkan pada tempatnya serta siap dipakai untuk pasien berikutnya.
        2) Pengukuran suhu pada  mulut:
          a)    Untuk tiap pasien harus digunakan satu thermometer.
          b)   Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol, kemudian ujungnya sampai batas reservoair diletakkan dibawah lidah pasien.
          c)    Mulut dikatupkan selama tiga sampai lima menit, kemudian termometer diangkat, dilap dengan kertas langsung dibaca dengan teliti      dan hasilnya    langsung dicatat.
          d)   Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
Perhatian:
a)      Sebelum pengukuran suhu, pasien tidak boleh diberi minuman panas    atau     dingin.
b)      Selama pengambilan suhu, pasien tidak boleh bicara.
c)      Dilarang melakukan pengukuran suhu melalui mulut pada anak-anak atau bayi.                                                                                       
   3) Pengukuran suhu pada anus :          
             a)   Setelah diberitahu pasien dimiringkan (posisi Sim).
      b)   Pakaian pasien diturunkan sampai di bawah bokong.
      c) Termometer diperiksa  apakah  air  raksa  tepat pada angka  nol, lalu   reservoarnya diolesi vaseline, selanjutnya dimasukkan melalui pelepasan sampai batas reservo air raksa.
      d) Posisi termometer dijaga jangan sampai berubah dengan meletakkan  telapak tangan pada sisi bokong pasien bagian atas.
      e) Setelah tiga sampai lima menit, termometer diangkat, dilap dengan kertas, kemudian dibaca dengan teliti dan hasilnya dicatat.
Perhatian:
a)      Sebelum dan sesudah melaksanakan prosedur perawatan ini, petugas harusmencuci tangan.
b)      Sebelum dipakai, thermometer diperiksa apakah dalam keadaan baik dan air raksanya sudah diturunkan sampai batas yang ditentukan, yaitu:
         -Untuk termometer mulut diturunkan sampai nol                   
         -Untuk termometer lainnya diturunkan sampai angka 34-35 derajat   Celcius.
c)      Waktu menurunkan air raksa, thermometer harus dalam keadaan kering dan jangan sampai menyentuh sesuatu agar tidak pecah.
d)     Dilarang membersihkan thermometer dengan air panas.
Pemeliharaan dan penyimpanan termometer
1)      Setelah dipakai, thermometer segera dibersihkan dengan kertas atau tissue
2)      Air raksa diturunkan sampai batas yang ditentukan
3)      Termometer dicuci dengan sabun, dibilas dengan air, kemudian direndam   dalam botol yang berisi larutan desinfektan dan pada dasar botol.
4)      Termometer mulut harus disimpan dalam keadaan bersih, kering dan bebas hama (steril).

    II.            PEMERIKSAAN DENYUT NADI
Palpasi artinya mengukur denyut nadi.  Denyut nadi adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu.
Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi :
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
a.    Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigenselama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
No.
Usia
Frekuensi Nadi (denyut / menit)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
< 1 bulan
< 1 tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
> 14 tahun
90 – 170
80 – 160
80 – 120
75 – 115
70 – 110
65 – 100
60 – 100









(Sumber : Joice Engel,1995 )
b.    Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
c.    Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus :
BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m)
Keteranan :
IMT = Indek Masa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan.
d.    Kehamilan
Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil.
e.    Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat.
f.     Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah)akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
g.    Rokok dan Kafein
Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.
h.    Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.
i.     Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk.
j.     Faktor Fisik 
Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja.
k.    Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.
Frekuensi Denyut Nadi
Tabel Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):
Pada bayi baru lahir
140
Selama tahun pertama
120
Selama tahun kedua
110
Pada umur 5 tahun
96-100
Pada umur 10 tahun
80-90
Pada orang dewasa
60-80
(Sumber : Joice Engel,1995 )
Tabel Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):
Bayi baru lahir
100 – 180
Usia 1 minggu – 3 bulan
100 – 220
Usia 3 bulan – 2 tahun
80 – 150
Usia 10 –21 tahun
60 – 90
Usia lebih dari 21 tahun
69 – 100
(Sumber : Joice Engel,1995 )

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan :
·      Tidak teraba denyut : 0
·      Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
·       Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2
·      Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta tidak mudah hilang : + 3
Tabel Pola Nadi
Pola nadi
Deskripsi
Bradikardia
Frekuensi nadi lambat.
Takikardia
Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang menunjukan penyakit jantung.
Sinus Aritmia
Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak, khususnya selama tidur.
Pulsus Alternans
Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan kemungkinan menunjukan gagal jantung.
Pulsus Begeminus
Denyut berpasangan dan berhubungan dengan denyut prematur
Pulsus Paradoksus
Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi
Thready Pulse
Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda shock, nadi sukar di palpasi tampak muncul dan menghilang
Pulsus Corrigen
Denyut nadi kuat dan berdetak detak. Hal itu disebabkan oleh variasi yang luas pada tekanan nadi.

Tempat-Tempat Untuk Merasakan Denyut Nadi
            Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu  :
1. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan sulit untuk meraba.
2. Leher (pembuluh nadi kepala),
3. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
4. Kunci paha,
5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
6. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
7. Di belakang lutut (popliteal arteri)
8. Diatas Perut (Abdominal aorta)
9. Dada (aorta).
Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.
Namun yang paling sering dilakukan yaitu pada :
1. Arteri radialis
2. Arteri Brankialis
3. Arteri Karotid

Alat, Persiapan, Dan Cara Pemeriksaan
A. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri Radialis
1. Persiapan alat
a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku catatan nadi ( kartu status )
c. Alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Buatlah pasien rilek dan nyaman .
3. Cara pemeriksaan
a.  Cuci tangan pemeriksa
b.  Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah
c. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
d.  Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan
e.  Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur
f.  Hitung denyut tersebut selama satu menit ,
g. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
B. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant.
Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri Brakialis
1. Persiapan alat
a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku catatan nadi ( kartu status )
c. Alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Buatlah pasien rilek dan nyaman
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa
b. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas
c. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi.  Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
d.  Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku).
e.  Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur.
f.  Hitung jumlah denyut selama satu menit.
g. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
C. Arteri Karotid
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
Pemeriksaan Frekwensi Denyut Arteri Karotis
1. Persiapan alat
a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku catatan nadi ( kartu status )
c. Alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.
b. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih
b. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
c. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
d. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
e.Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan yang akan diperiksa.
f. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari rangsangan sinus carotid.
g. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot sternokleidomastoideus bagian medial.
h. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas
i. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit.
Cara Mengukur Denyut Nadi
            Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi  ( daerah yang denyutannya paling keras ), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis di pergelangan tangan di sisi ibu jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama  15 detik, setelah itu kalikan 4,  ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit. Secara umum denyut nadi maksimum orang sehat saat berolah raga adalah 80% x (220-usia) untuk kebutuhan fitness. Lebih akurat, Sally Edward memberikan rumusan perhitungan denyut nadi maksimum 210-(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound))+4 untuk pria, sedangkan untuk wanita adalah 210-(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound)). Catatan: 1 kg = 2,2 pound.
Dalam olahraga, diberikan 3 (tiga) tingkatan kebutuhan:
1. Untuk sehat: 50-70% denyut nadi maksimum
2. Untuk kebugaran (fitness): 70-80% denyut nadi maksimum 
3. Untuk atlit (performance): 80-100% denyut nadi maksimum.                       
Bila semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat dan lebih teratur. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.
Penentuan Penyakit Berdasarkan Denyut Nadi
                        Denyut nadi bisa memberikan gambaran tentang penyakit atau gangguan yang terjadi pada organ tubuh seseorang.  Penentuan penyakit melalui denyut nadi ini didasarkan pada tingkat kelajuan (kecepatan), kedalaman dan kekuatan denyutan. Pembagian penentuan penyakit berdasarkan denyut nadi :     
A. Kecepatan / Kelajuan Nadi
Ukuran denyut nadi normal adalah 60 - 90 denyut/menit atau 4 – 5 pukulan / siklus atau daur nafas.   Berdasarkan kecepatan / kelajuannya denyut nadi dibagi menjadi dua yaitu:
1.  Denyut Nadi Perlahan / lambat
     Denyut nadi per lahan atau lambat adalah denyut nadi di bawah 60 denyut/menit atau 4 pukulan / daur pernafasan.  Nadi yang berdenyut perlahan menunjukan unsur air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh. Dalam kondisi seperti ini nadi berdenyut lebih pelan dibandingkan dengan denyut nadi normal.  Semakin pelan denyutannya berarti semakin tinggi unsur air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh.
2.  Denyut Nadi laju / cepat
     Denyut nadi laju atau cepat adalah denyut nadi di atas 90 denyut/menit atau 5 pukulan / daur pernafasan.  Nadi yang bedenyut cepat menunjukan unsur api (panas) yang terdapat dalam tubuh. Semakin laju /cepat denyutan berarti semakin banyak
B. Kekuatan denyut nadi
1. Nadi Kuat / Penuh
     Nadi seperti ini bisa dikenali dengan merasakan adanya denyutan pada ketiga jari yang kita tempelkan pada bagian atas pergelangan tangan.  Nadi kuat menunjukan adanya kualitas gelombang yang agresif serta kandungan unsur yang berlebihan.
2.   Nadi Lemah / Kosong
      Nadi yang lemah (kosong) menunjukan tubuh kekurangan unsur.
C. Kedalaman Nadi
1.  Nadi Atas
     Denyut nadi atas mengindikasikan komplikasi gejala luar atau tahap awal penyakit. Denyutan Nadi atas bisa diketahui dengan merasakan denyutan hanya dengan melalui tekanan yang ringan. Danyutan akan hilang jika kita menekan (pergelangan) terlalu kuat (dalam).
     Nadi atas menunjukan gejala kekurangan tenaga pada buah pinggang.  Kesan (tanda-tanda) yang biasa muncul antara lain; sakit kepala, bunyi  berdengung dan berdesing dalam telinga, hotfluses (muka dan leher menjadi merah)
     Nadi atas juga menunjukan tenaga yang tinggi dalam paru-paru. Keadaan seperti ini biasanya ditandai (dikesan) dengan adanya batuk-batuk yang merupakan simpton (gejala) penyakit astma.
2.  Nadi dalam
     Denyut nadi dalam mengindikasikan komplikasi gejala dalam (penyakit dalam).   Denyut nadi tidak wujud (nampak) dengan sentuhan ringan.   Denyutan Nadi baru terasa setelah mendapatkan tekanan (tangan) yang keras. Nadi dalam menunjukan tanda-tanda seperti keletihan, prolap, cirit-birit atau diare (mencret), dan keputihan.

 III.            PEMERIKSAAN PERNAPASAN
                        Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup (organisme) dengan ligkungannya. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Pengertian menghitung pernafasan adalah menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.
                        Pemeriksaan pernapasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Respirasi  normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20 kali per menit

Pola Pernapasan
                        Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningka       
                        Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.
Teknik pemeriksaan pernapasan :
·         Lihat 
·         Dengar
·         Rasakan
Pada penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekwensi pernapasannya sedang dihitung.
Anatomi Pernapasan: Hidung , Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Bronkeulus, Alveoli, Paru – paru.        
Fisiologi :  
                        Udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersaring, dihangatkan dan dilembabkan. pertikel2 debu yg kasar dpt disaring oleh bulu2 hidung yg trdapt dlm lubang hidung sdangkn pertikel halus akan trjerat dlm lapisan mukus sehingga udara yg xmpe paring bbs debu n brsuhu mndekti shu tubh serta dg klebabn 100 %. udara yg tlah mencapai trakea dan bila msh mengandung partikel debu akan dTangkap oleh sekret2 dalnjutnya akan dTeruskan kedalam paru2 dan melalui pembluh alveoli O2 dan CO2 tertukar dan terjadilah proses pernapasan.  
Frekuensi napas normal : 
1.    Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit 
2.    Anak-anak 15 – 30x/menit
3.    Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
4.    Dewasa 16 – 20 x/menit.
Tabel Pola Pernapasan
Pola pernapasan
                                    Deskripsi
Dispnea
Susah bernapas yang menunjukan adanya retraksi
Bradipnea
Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama teratur
Takipnea
Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal
Hiperpnea
Pernapasan cepat dan dangkal
Apnea
Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes
Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian dengan periode apnea,umumnya pada bayi selama tidur nyenyak, depresi dan kerusakan otak.
Kusmaul
Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal, atau lambat khususnya pada asidosis metabolik
Biot
Napas tidak teratur menunjukan adanya kerusakan otak.
                                                                                 (Sumber : Joice Engel,1995 )
Sistem Respirasi Manusia
            Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.
Struktur Pernafasan Manusia
a.       Hidung
            Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.
b.  Faring
                        Udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c.  Laring
                        Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
d.  Trakea
                        Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e.  Bronkus
                        Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20-25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
f.   Paru-paru
                        Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.
                        Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.
                        Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.
                        Karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan dinding alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan bernapas adalah :
1.  Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2.  Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Jenis kelamin
Belalang betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
7. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
8. Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas.
Metode perhitungan : 
                        Satu pernapasan adl satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas (satu kali gerakan nak turun)Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan frekuensi pernapasantiap menit, pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilx dikalikan 4.
Persiapan alat :
·         Stop watch atau jam tangan
·         Stetoskop
·         Buku catatan
Cara kerja
·         Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
·         Membuka baju klien untuk mengobservasi pergerakan dada
·         Menghitung pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi dan ekspirasi, jika pernapasan teratur dihitung selama 30 detik dan dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur dihitung selama 1 menit
·         Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudian cek apakah terdengar suara napas yang abnormal
·         Akhiri tindakan dengan baik
·         Mencuci tangan

 IV.            PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
                        Tekanan darah adalah tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara sistemik. Dimana, tekanan darah di vena lebih rendah daripada tekanan di arteri. Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan dalam mmHg (milimeter air raksa). Tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan puncak pada arteri selama siklus jantung; tekanan diastolik merupakan tekanan terendah (pada fase istirahat siklus jantung) (Wikibooks, 2007: 149). Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler dan kontraksi ventrikel. Bunyi kedua karena menutupnya katup aortik dan pulmoner sesudah kontraksi ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan rata (terdengar seperti “lup”), yang kedua pendek dan tajam (terdengar seperti “dup”) (Evelyn C. Pearce, 2010).
                        Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole.Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi atau beristirahat. Pada kurva denyut jantung, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung.
                        Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg.  Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001). 
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.                 Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
                        Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat .
                        Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001). Sphymomanometer memiliki dua jenis, yaitu spymomanometer manual yang menggunakan air raksa dan sphygmomanometer digital. Penggunaan spymomanometer digital lebih mudah dibandingkan menggunakan spymomanometer manual. Namun dibutuhkan dua kali pengukuran untuk mengetahui ketepatan hasil pengukuran tekanan darah
TEKANAN DARAH NORMAL
a.       Tabel Nilai normal tekanan darah
UMUR
SISTOLIK (mmHg)
DISTOLIK (mmHg)
Neonate
75 – 105
45 – 75
2 – 6 tahun
80 – 110
50 – 80
7 tahun
85 – 120
50 – 80
8 – 9 tahun
90 – 120
55 – 85
10 tahun
95 – 130
60 – 85
11 – 12 tahun
95 – 135
60 – 85
13 tahun
100 – 140
60 – 90
14 tahun
105 – 140
65 – 90
(Sumber : Joice Engel,1995 )
b.      Tabel  Klasifikasi hipertensi didasarkan pada nilai diastolik :
Hipertensi ringan
92 – 104 mmHg
Hipertensi sedang
105 – 114 mmHg
Hipertensi berat
115 mmHg
Hipertensi ganas
130Hg
(Sumber : Joice Engel,1995 )
c. Tabel tekanan darah yang normal berdasarkan usia
Usia
Tekanan Darah
Bayi usia di bawah 1 bulan    
Usia 1 - 6 bulan    
Usia 6 - 12 bulan   
Usia 1 - 4 tahun   
Usia 4 - 6 tahun   
Usia 6 - 8 tahun   
Usia 8 - 10 tahun   
Usia 10 - 12 tahun   
Usia 12 - 14 tahun   
Usia 14 - 16 tahun   
Usia 16 tahun ke atas   
Usia lanjut       
85/15 mmHg
90/60 mmHg
96/65 mmHg
99/65 mmHg
160/60 mmHg
185/60 mmHg
110/60 mmHg
115/60 mmHg
118/60 mmHg
120/65 mmHg
130/75 mmHg
130-139/85-89 mmHg
      
             d. Tabel Nilai Normal Tekanan Darah Sistolik
Neonatal
1 th – 13 th
13 th – 18 th
 18 th keatas
Laki-laki
87-105
105-124
124-136
Perempuan
16-105
105-124
124-127
(Sumber : Joice Engel,1995 )

              e. Tabel Nilai Normal Tekanan Darah Diastolik
Neonatal
1 th – 13 th
13 th – 18 th
18 th keatas
Laki-laki
68-69
69-79
77-84
Perempuan
60-67
67-80
78-80
(Sumber : Joice Engel,1995 )

Persiapan
 1) Persiapan alat:
         a) Tensimeter atau Sphygmomanometer
         b) Stetoskop
         c) Buku catatan
Sphygmomanometer                                          Stetoskop                   
2) Persiapan pasien:
        a) Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
        b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan
           1) Lengan baju dibuka atau digulung.
           2) Manset tensimeter dipasang  pada lengan  atas  dengan pipa karetnya berada di sisi 
               luar lengan.
           3) Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
           4) Pompa tensimeter dipasang.
           5) Denyut arteri brachialis  diraba, lalu  stetoskop ditempatkan pada daerah  tersebut.
           6) Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa
               sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas pipa naik.
           7) Sekrup  balon  dibuka  perlahan-lahan,  sehingga  air  raksa  turun  perlahan-lahan.
               Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama.
           8) Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut Systole
               (misalnya 120 mm Hg).                                 
           9) Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir. Skala permukaan air raksa pada
               waktu denyutan terakhir disebut tekanan Dyastole (misalnya 80 mm Hg).
           10) Pencatatan  hasil  dilakukan dengan  cara  sebagai  berikut: Systole  diatas, dan
               Dyastole di bawah, misalnya 120/80 dengan satuan mm Hg.
    Perhatian:
1)     Memasang manset harus tepat diatas permukaan dinding arteria brachialis.
2)      Menempelkan stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya harus betul-betul tepat.
3)      Sebelum menutup tensimeter, masukkan dulu air raksa ke dalam reservoarnya, manset dan balon disusun pada tempatnya untuk mencegah pecahnya tabung air raksa.
4)      Pada anak-anak digunakan manset khusus.
5)      Bilamana menggunakan tensimeter elektronik (battery), penggunaannya sesuaikan dengan petunjuk yang ada secara tepat dan benar.
    


Daftar Pustaka

1.      Andrajati, Retnosari dkk. 2008. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI.
2.      Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press

3.      Husen, Saikhu Akhmad dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi. Surabaya: Departemen Biologi FST UA.
4.      Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: Jakarta

5.      Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta

6.      Potter and Perry. (2004). Fundamental of nursing:Concepts,process & practice. Fourth Edition.St. Louse, Missouri: Mosby-year Book,Inc.

7.      Robert Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan II, Jakarta, EGC

8.      Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2. Jakarta : EGC.
9.      Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : the art and science of nursing care ‘Lippincott.

10.  Tim Departemen Kesehatan RI.  1994.  Prosedur Perawatan Dasar. Persatuan Perawat Nasional Indonesia,  Jakarta.

11.  Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan dasar praktik klinik keperawatan. Yogyakarta. Fitramaya









SOP PEMERIKSAAN SUHU TUBUH
NO
URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
NILAI
1
2
3
4
A
PERSIAPAN ALAT :
1.  Baki bersih :
Ø  Termometer rektal/air raksa/elektrik siap pakai
Ø  Vaselin/pelumas
Ø   Kertas tisu bila perlu
Ø  Nierbekken
Ø  Larutan sabun/deinfektan,air bersih.
Ø  Waskom dan tempatnya.
Ø  Sarung tangan sekali pakai
Ø  Alat tulis dan kertas dokumentasi.
B.
PERSIAPAN KLIEN :
1.       Jelaskan prosedur pada klien.
2.       Posisi klien diatur senyaman mungkin.
3.       Perhatikan privasi pasien ( Pasang tirai atau penutup(gorden / pintu)
C.
PELAKSANAAN :
1.       Bawa alat ke dekat pasien.
2.       Mencuci tangan.
3.       Gunakan sarung tangan.
4.       Pasang tirai atau penutup (gorden/pintu)ruangan.
5.       Buka pakaian yang menutupi daerah anus.
6.       Atur posisi klien :
·         Dewasa : Sims atau miring dan kaki sebelah atas ditekuk kearah perut.
·         Bayi/ anak :tengkurap terlentang.
7.       Lumasi ujung thermometer dengan vaselin sekitar 2,5-3,5 cm untuk orang dewasa dan 1,2-2,5 cm untuk bayi / anak-anak.
8.       Buka anus dengan menaikkan gluteus atas dengan diri (untuk dewasa).jika bayi tengkurap ditempat tidur,regangkan kedua gluteus dengan jari-jari.
9.       Minta klien untuk menarik napas dalam dan masukkan thermometer secara perlahan kedalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan 1,2-2,5 cm pada bayi /anak.
10.   Pegang thermometer ditempat selama 2-3 menit (orang  dewasa) dan 5 menit untuk anak-anak.
11.   Keluarkan  thermometer dengan hati-hati.
12.   Bersihkan  thermometer dengan kertas tissue halus dengan cara memutar dari ujung pentolan thermometer.buang tissue kedalam nierbekken.
13.   Baca tingkat air raksa.
14.    Lap daerah anus untuk membersihkan pelumas atau feses dan rapikan klien.
15.   Turunkan tingkat air raksa dalam skala awal.
16.   Kembalikan thermometer pada tempatnya.
17.   Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
D.
EVALUASI :
1.       Validasi perasaan klien
2.       Bersihkan dan kembalikan pada tempatnya.
3.        Cuci tangan.
E.
DOKUMENTASI :
1.       Catat hasil pemeriksaan dan sampaikan pada klien.
2.        Cantumksan hari,tanggal,waktu dan nama petugas yang melakukan tindakan.
JUMLAH
Keterangan :
4= Dilakukan sesuai prosedur.
3=Dilakukan tapi perlu perhatian.
2=Dilakukan tapi tidak sesuai prosedur.
1=tidak dilakukan