BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam
lingkungan masyarakat, kesehatan itu penting untuk dipelihara. Peran tenaga
medis juga penting untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan. Agar masyarakat
tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring
berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan medis
yang semakin canggih dan maju. Untuk itu di perlukan beberapa peran penting
bagi masyarakat mengenai kesehatan.
Pemeriksaan
tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam
tubuh. Tanda vital meliputi suhu
tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit
atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya
gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga
medis seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan
pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi
merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada pasien tentu berbeda dengan pasien
yang lainnya. Tingkat kegawattan dan penanganan pasien juga berbeda beda, mulai
dari yang keadaan kritisi hingga dalam keadaan pasien yang sakit ringan.
Prosedur pameriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran
suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan
darah. Hal inilah yang membuat penulis membuat makalah yang berjudul “PROSEDUR
PEMERIKSAAN TANDA VITAL” yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
makalah ini maka rumusan masalahnya adalah membahas pengertian dari masing
masing tanda vital, tujuan, peralatan dan perlengkapan, pelaksanaan,
dan keadaan normal yang seharusnya.
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien dalam tubuh pada. Yang penulis
anggap masalah ini sangat kompleks dan sangat menarik untuk menambah
pengetahuan pembaca khusunya pada tenaga medis .
1.4 MANFAAT
1. Agar dapat mengetahui tentang pengertian,
dan prosedur pelaksanaan tanda-tanda vital.
2. Agar dapat mengetahui tentang tujuan dalam pemeriksaan pada tanda-tanda vital.
3. Agar dapat mendapatkan informasi tentang tanda-tanda vital.
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
Pemeriksaan
tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernafasan dan tekanan darah.
Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada
fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat
menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi pernafasan dapat menunjukkan
fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem
kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.
Tindakan ini bukan hanya merupakan
kegiatan rutin pada klien, akan tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap
perubahan atau gangguan sistem tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien kritis akan membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis, demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran tekanan darah.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien kritis akan membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis, demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran tekanan darah.
I.
PEMERIKSAAN
SUHU TUBUH
Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Suhu tubuh diukur dalam derajat.
Pusat pengaturan suhu tubuh diatur oleh Hipotalamus. Pusat ini menerima pesan
dari lokasi reseptor panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan atau
mempertahankan kehilangan panas tubuh. Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai
dengan respon terhadap faktorlingkungan sehingga tidak tetap untuk pemantauan
status kesehatan klien. Kondisi normal dari panas tubuh berada antara 35,9
sampai 37,4 derajat celsius. Sampai saat ini suhu inti tubuh diukur dengan
menggunakan alat termometer dan tempat pengukuran suhu tubuh yaitu oral,
rectal, axilla, membrane tympany, esophagus, arteri pulmoner.
Suhu Tubuh
Inti Dan Suhu Tubuh Permukaan
a.
Suhu inti:
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
Tempat pengukuran suhu inti
yang paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal.
b. Suhu permukaan:
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
Tempat pengukuran suhu
permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral.
Tabel Suhu
Tubuh Normal Sesuai Tingkatan Umur
Umur
|
Suhu (derajat celcius)
|
3 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
13 tahun
|
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,6
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
Tabel Perbandingan suhu berdasarkan jenis kelamin
Probandus
|
Suhu (°C)
|
|||||||
Mulut
|
Axila
|
Anus
|
Skrotum
|
|||||
sblm
|
ssdh
|
sblm
|
ssdh
|
sblm
|
ssdh
|
sblm
|
ssdh
|
|
♂ normal
|
34,1
|
34,4
|
35,6
|
36
|
31,8
|
33,95
|
34,65
|
36,25
|
♂ gemuk
|
34,3
|
34,9
|
35,95
|
35,9
|
34,3
|
36,15
|
34,05
|
36,05
|
♂ kurus
|
35,1
|
34,35
|
35,75
|
35,65
|
35,55
|
35,85
|
34,6
|
36,25
|
♂ alkoholik
|
34,15
|
33,6
|
35,65
|
35,55
|
36,3
|
38,3
|
35,75
|
36,35
|
♀ normal
|
33,4
|
32,2
|
35
|
35,1
|
34,1
|
35,1
|
-
|
-
|
♀ sakit
|
33,8
|
32
|
35,7
|
35,5
|
36,7
|
37,1
|
-
|
-
|
♀gemuk
|
34,2
|
33,8
|
35
|
34,1
|
37,2
|
37,6
|
-
|
-
|
♀ kurus
|
34,4
|
32,2
|
35,2
|
34,8
|
35,4
|
36,6
|
-
|
-
|
(Sumber : Joice Engel,1995 )
Keuntungan
Dan Kerugian Pengukuran Suhu Tubuh Pada Membran Timpani, Rektal, Oral, Dan
Aksila
1. Membran
Timpani
Keuntungan:
·
tempat mudah dicapai.
·
perubahan posisi yang dibutuhkan
minimal.
·
memberi pembacaan inti yang akurat.
·
waktu pengukuran sangat cepat (2-5
detik).
·
Dapat dilakukan tanpa membangunkan
atau mengganggu klien.
kerugian:
·
Alat bantu dengar harus dikeluarkan
sebelum pengukuran.
·
Tidak boleh dilakukan pada klien
yang mengalami bedah telinga atau membran
timpani.
·
Membutuhkan pembungkus probe sekali
pakai.
·
Impaksi serumen dan otitis media
dapat mengganggu pengukuran suhu.
·
Keakuratan pengukuran pada bayi baru
lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun masih
diragukan.
2. Rektal
keuntungan:
·
Terbukti lebih dapat diandalkan bila
suhu oral tidak dapat diperoleh
·
Menunjukkan suhu inti
kerugian:
·
Tidak boleh dilakukan pada klien
yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal,
nyeri pada area rektal, atau cenderung perdarahan.
·
Memerlukan perubahan posisi dan
dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas
klien.
·
Risiko terpajan cairan tubuh
·
Memerlukan lubrikasi
·
Dikontradiksikan pada bayi baru
lahir
3. Oral
keuntungan:
·
Mudah dijangkau dan tidak
membutuhkan perubahan posisi
·
Nyaman bagi klien
·
Memberi pembacaan suhu permukaan
yang akurat
kerugian:
·
Tidak boleh dilakukan pada klien
yang bernapas lewat mulut
·
Tidak boleh dilakukan pada klien
yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat
epilepsi, atau gemetar akibat kedinginan
·
Tidak boleh dilakukan pada bayi,
anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien
konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif
·
Risiko terpapar cairan tubuh
4. Aksilla
keuntungan:
·
Aman dan non-invasif
·
Cara yang lebih disukai pada bayi
baru lahir dank lien yang tidak kooperatif.
kerugian:
·
Waktu pengukuran lama
·
Memerlukan bantuan perawat untuk
mempertahankan posisi klien
Faktor Yang
Mempengaruhi Suhu Tubuh :
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda- beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkaitdengan laju metabolisme.
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda- beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkaitdengan laju metabolisme.
2.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan
saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat
yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme
lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini
dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi ephineprin
dan norephineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.
Hormone pertumbuhan
Hormone
pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
4.
Hormone tiroid
Fungsi
tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi
50-100% diatas normal.
5.
Hormon kelamin
Hormon
kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C di
atas suhu basal.
6.
Demam ( peradangan )
Proses
peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.
Status gizi
Malnutrisi
yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi
karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8.
Aktifitas
Aktifitas
selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas)
dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 °C.
9.
Gangguan organ
Kerusakan
organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat
mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses
Pengeuaran Panas :
1.
Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas
tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang
dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 –20 mikrometer. Tubuh
manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan
mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas.
2.
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat
paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya
proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan
benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme,
yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh
lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda
menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus
menerus.
3.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena
gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung
dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat pada saat kecepatan
arus udara meningkat, dan kehilangan panas konventif meningkat.
4.
Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit )
dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang
mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58
kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.
Hal Hal Yang
Harus Diperhatikan Pada Saat Pengukuran Suhu Tubuh :
·
Termometer harus dalam keadaan nol
suhunya
·
Penggunaan termometer untuk tiap
tempat pengukuran harus pisah
·
Cara menurunkan suhu harus dilakukan
hati-hati jangan sampai thermometer jatuh
dan pecah
·
Sebelum melakukan pengukuran harus
dijelaskan dengan benar tentang tempat dan
tujuan pengukuran suhu
·
Fungsi thermometer harus menghadap
keluar untuk arah yang dibaca
·
Pembacaan thermometer harus ditempat
yang cukup cahaya
Tujuan
tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui suhu badan pasien untuk menentukan tindakan perawatan.
Persiapan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui suhu badan pasien untuk menentukan tindakan perawatan.
Persiapan
a.
Persiapan Alat:
1) Termometer bersih dalam tempatnya.
2) Tiga buah botol.
• botol pertama berisi larutan sabun.
• botol kedua berisi larutan desinfektan.
• botol ketiga berisi air bersih.
3) Bengkok (nierbekken).
4) Potongan-potongan kertas atau tissue.
5) Vaselin dalam tempatnya.
6) Buku catatan suhu dan nadi.
7) Peralatan dibawa ke dekat pasien.
1) Termometer bersih dalam tempatnya.
2) Tiga buah botol.
• botol pertama berisi larutan sabun.
• botol kedua berisi larutan desinfektan.
• botol ketiga berisi air bersih.
3) Bengkok (nierbekken).
4) Potongan-potongan kertas atau tissue.
5) Vaselin dalam tempatnya.
6) Buku catatan suhu dan nadi.
7) Peralatan dibawa ke dekat pasien.
b. Persiapan pasien
Pasien
diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
Pelaksanaan
1) Pengukuran suhu pada ketiak
a) Bila
perlu lengan baju pasien dibuka dan ketiaknya harus dikeringkan lebih dahulu.
b) Termometer
diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol, lalu jepitkan dengan
reservoarnya tepat ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipatkan di dada.
c) Setelah
lima sampai sepuluh menit, termometer diangkat dan langsung dibaca dengan
teliti, kemudian hasilnya dicatat pada buku.
d) Termometer
dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilap dengan potongan kertas atau tissue,
kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan
dengan air bersih dan keringkan.
e) Air
raksa diturunkan kembali pada angka nol, dan thermometer diletakkan pada tempatnya serta siap
dipakai untuk pasien berikutnya.
2)
Pengukuran suhu pada mulut:
a) Untuk tiap pasien harus digunakan
satu thermometer.
b)
Termometer diperiksa apakah air raksa
tepat pada angka nol, kemudian ujungnya sampai batas reservoair diletakkan
dibawah lidah pasien.
c) Mulut dikatupkan selama tiga sampai
lima menit, kemudian termometer diangkat, dilap dengan kertas langsung dibaca
dengan teliti dan hasilnya langsung dicatat.
d)
Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.
Perhatian:
a) Sebelum
pengukuran suhu, pasien tidak boleh diberi minuman panas atau dingin.
b) Selama
pengambilan suhu, pasien tidak boleh bicara.
c) Dilarang
melakukan pengukuran suhu melalui mulut pada anak-anak atau bayi.
3) Pengukuran suhu pada anus :
a) Setelah diberitahu pasien dimiringkan (posisi Sim).
a) Setelah diberitahu pasien dimiringkan (posisi Sim).
b) Pakaian pasien diturunkan sampai di bawah
bokong.
c) Termometer
diperiksa apakah air raksa tepat
pada angka nol, lalu reservoarnya
diolesi vaseline, selanjutnya dimasukkan melalui pelepasan sampai batas reservo
air raksa.
d) Posisi
termometer dijaga jangan sampai berubah dengan meletakkan telapak tangan pada sisi bokong pasien
bagian atas.
e) Setelah tiga sampai lima menit,
termometer diangkat, dilap dengan kertas, kemudian dibaca dengan teliti
dan hasilnya dicatat.
Perhatian:
a) Sebelum
dan sesudah melaksanakan prosedur perawatan ini, petugas harusmencuci tangan.
b) Sebelum
dipakai, thermometer diperiksa apakah dalam keadaan baik dan air raksanya sudah
diturunkan sampai batas yang ditentukan, yaitu:
-Untuk termometer mulut diturunkan sampai nol
-Untuk
termometer lainnya diturunkan sampai angka 34-35 derajat Celcius.
c) Waktu
menurunkan air raksa, thermometer harus dalam keadaan kering dan jangan sampai
menyentuh sesuatu agar tidak pecah.
d) Dilarang
membersihkan thermometer dengan air panas.
Pemeliharaan dan penyimpanan
termometer
1) Setelah
dipakai, thermometer segera dibersihkan dengan kertas atau tissue
2) Air
raksa diturunkan sampai batas yang ditentukan
3) Termometer
dicuci dengan sabun, dibilas dengan air, kemudian direndam dalam botol yang berisi larutan desinfektan
dan pada dasar botol.
4) Termometer
mulut harus disimpan dalam keadaan bersih, kering dan bebas hama (steril).
II.
PEMERIKSAAN
DENYUT NADI
Palpasi
artinya mengukur denyut nadi. Denyut nadi adalah getaran/ denyut
darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri
jantung. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita
bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih
relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu.
Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi :
Frekuensi
denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor
yang mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan
menetap memenuhi kebutuhan oksigenselama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek
fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang
lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya
Frekuensi denyut nadi pada berbagai
usia, dengan usia antara bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling
tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan
pertambahan usia.
No.
|
Usia
|
Frekuensi
Nadi (denyut / menit)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
< 1
bulan
< 1
tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
> 14
tahun
|
90 – 170
80 – 160
80 – 120
75 – 115
70 – 110
65 – 100
60 – 100
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
b.
Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada
kerja maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan
kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada
wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja
mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
c. Ukuran
Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah
berat badan untuk ukuran tubuh seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks
Masa Tubuh) dengan Rumus :
BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m)
Keteranan :
IMT = Indek Masa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan.
d. Kehamilan
Frekuensi jantung meningkat secara
progresif selama masa kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang
frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil.
e.
Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat
terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur.
Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit makafrekuensi jantungnya
cenderung meningkat.
f.
Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit
jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian
juga pada penderita anemia (kurang darah)akan mengalami peningkatan kebutuhan
oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut
nadi.
g.
Rokok dan Kafein
Rokok dan kafein juga dapat
meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut
nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang
dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada
perubahan yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal
dan sub maksimal.
h.
Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas
kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama
kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi
frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja
sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi selama kerja) mencapai
angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi
kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali
pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.
i. Sikap
Kerja
Posisi atau sikap kerja juga
mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi
lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk.
j. Faktor
Fisik
Kebisingan merupakan suatu tekanan
yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan
mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan
dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal ini
mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat
memperberat beban kerja.
k. Kondisi
Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi
frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi
seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat memperlambat frekuensi
nadi seseorang.
Frekuensi
Denyut Nadi
Tabel Kecepatan
normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):
Pada bayi baru lahir
|
140
|
Selama tahun pertama
|
120
|
Selama tahun kedua
|
110
|
Pada umur 5 tahun
|
96-100
|
Pada umur 10 tahun
|
80-90
|
Pada orang dewasa
|
60-80
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
Tabel Kecepatan
denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):
Bayi baru lahir
|
100 – 180
|
Usia 1 minggu – 3 bulan
|
100 – 220
|
Usia 3 bulan – 2 tahun
|
80 – 150
|
Usia 10 –21 tahun
|
60 – 90
|
Usia lebih dari 21 tahun
|
69 – 100
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
Berdasarkan
kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan :
·
Tidak teraba denyut : 0
·
Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
·
Denyut normal teraba dengan
mudah dan tidak mudah hilang : +2
·
Denyut kuat, mudah teraba seakan-
akan memantul terhadap ujung jari serta tidak mudah hilang : + 3
Tabel Pola Nadi
Pola nadi
|
Deskripsi
|
Bradikardia
|
Frekuensi nadi lambat.
|
Takikardia
|
Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada
ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang menunjukan penyakit
jantung.
|
Sinus Aritmia
|
Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun
selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak, khususnya
selama tidur.
|
Pulsus Alternans
|
Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan
kemungkinan menunjukan gagal jantung.
|
Pulsus Begeminus
|
Denyut berpasangan dan berhubungan dengan denyut
prematur
|
Pulsus Paradoksus
|
Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi
|
Thready Pulse
|
Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda
shock, nadi sukar di palpasi tampak muncul dan menghilang
|
Pulsus Corrigen
|
Denyut nadi kuat dan berdetak detak. Hal itu
disebabkan oleh variasi yang luas pada tekanan nadi.
|
Tempat-Tempat
Untuk Merasakan Denyut Nadi
Denyut nadi dapat
dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang
jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang
dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat
untuk merasakan denyut nadi yaitu :
1. Pada
aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan kurang
umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan sulit untuk
meraba.
2. Leher
(pembuluh nadi kepala),
3. Bagian
dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
4. Kunci
paha,
5. Dibalik
malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
6. Tengah
dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
7. Di
belakang lutut (popliteal arteri)
8. Diatas
Perut (Abdominal aorta)
9. Dada
(aorta).
Hal ini
dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin untuk auscultate
jantung dengan menggunakan stetoskop.
Namun yang
paling sering dilakukan yaitu pada :
1. Arteri
radialis
2. Arteri
Brankialis
3. Arteri
Karotid
Alat,
Persiapan, Dan Cara Pemeriksaan
A. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis,
lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah
dan sering dipakai secara rutin.
Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri
Radialis
1. Persiapan
alat
a. Alat
pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku
catatan nadi ( kartu status )
c. Alat
tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan
pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Buatlah
pasien rilek dan nyaman .
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa
b. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang
menutupi lengan bawah
c. Pada
posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi
tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
d. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk
radial pada pergelangan tangan
e. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang
teratur
f. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,
g. Informasikan ke pasien dan catat
hasil pemeriksaan pada buku.
B. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari
lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur
tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant.
Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri
Brakialis
1. Persiapan
alat
a. Alat
pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku
catatan nadi ( kartu status )
c. Alat
tulis
2. Persiapan
pasien
a. Jelaskan pada pasien perlunya
pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Buatlah pasien rilek dan nyaman
3. Cara
pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa
b. Menyingsingkan lengan baju pasien
yang menutupi lengan atas
c. Pada
posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan
ekstensi dan menghadap atas.
d. Lakukan palpasi ringan arteri dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot
bisep dan trisep diatas siku).
e. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama
yang teratur.
f. Hitung jumlah denyut selama satu menit.
g. Informasikan ke pasien dan catat
hasil pemeriksaan pada buku.
C. Arteri Karotid
Terletak dileher dibawah lobus
telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot
sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan
untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
Pemeriksaan Frekwensi Denyut Arteri
Karotis
1. Persiapan
alat
a. Alat
pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku
catatan nadi ( kartu status )
c. Alat
tulis
2. Persiapan
pasien
a. Jelaskan pada pasien tentang
perlunya pemeriksaan ini.
b. Buatlah pasien serilek dan
senyaman mungkin
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci
tangan pemeriksa dengan air bersih
b. minta
pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
c. pasien
duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
d. Inspeksi
kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
e.Mintalah
pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan yang akan
diperiksa.
f. Kemudian
lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari rangsangan
sinus carotid.
g. Dengan
menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian medial.
h.
Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas
i. Hitung
frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian hasilnya
dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit.
Cara
Mengukur Denyut Nadi
Dengan menggunakan 2 jari yaitu
telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis
jika kita kesulitan menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi ( daerah yang
denyutannya paling keras ), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher
kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm disamping
jakun pada laki-laki ), nadi radialis di pergelangan tangan di sisi ibu jari.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah
denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan
denyut nadi dalam 1 menit. Secara umum denyut nadi maksimum orang sehat saat
berolah raga adalah 80% x (220-usia) untuk kebutuhan fitness. Lebih akurat,
Sally Edward memberikan rumusan perhitungan denyut nadi maksimum
210-(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound))+4 untuk pria, sedangkan untuk
wanita adalah 210-(0,5xumur)-(0,05xberat badan(dalam pound)). Catatan: 1 kg =
2,2 pound.
Dalam
olahraga, diberikan 3 (tiga) tingkatan kebutuhan:
1. Untuk sehat: 50-70% denyut
nadi maksimum
2. Untuk kebugaran (fitness): 70-80% denyut nadi maksimum
3. Untuk atlit (performance): 80-100% denyut nadi maksimum.
2. Untuk kebugaran (fitness): 70-80% denyut nadi maksimum
3. Untuk atlit (performance): 80-100% denyut nadi maksimum.
Bila semakin
bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat dan lebih
teratur. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan
ketakutan, habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat
sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.
Penentuan
Penyakit Berdasarkan Denyut Nadi
Denyut nadi bisa
memberikan gambaran tentang penyakit atau gangguan yang terjadi pada organ
tubuh seseorang. Penentuan penyakit melalui denyut nadi ini
didasarkan pada tingkat kelajuan (kecepatan), kedalaman dan kekuatan denyutan.
Pembagian penentuan penyakit berdasarkan denyut nadi
:
A. Kecepatan / Kelajuan Nadi
Ukuran
denyut nadi normal adalah 60 - 90 denyut/menit atau 4 – 5 pukulan / siklus atau
daur nafas. Berdasarkan kecepatan / kelajuannya denyut nadi dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Denyut Nadi Perlahan / lambat
Denyut nadi
per lahan atau lambat adalah denyut nadi di bawah 60 denyut/menit atau 4
pukulan / daur pernafasan. Nadi yang berdenyut perlahan menunjukan unsur
air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh. Dalam kondisi seperti ini nadi berdenyut
lebih pelan dibandingkan dengan denyut nadi normal. Semakin pelan
denyutannya berarti semakin tinggi unsur air (sejuk) yang terdapat dalam tubuh.
2. Denyut
Nadi laju / cepat
Denyut nadi
laju atau cepat adalah denyut nadi di atas 90 denyut/menit atau 5 pukulan /
daur pernafasan. Nadi yang bedenyut cepat menunjukan unsur api (panas)
yang terdapat dalam tubuh. Semakin laju /cepat denyutan berarti semakin banyak
B. Kekuatan denyut nadi
1. Nadi Kuat / Penuh
Nadi seperti
ini bisa dikenali dengan merasakan adanya denyutan pada ketiga jari yang kita
tempelkan pada bagian atas pergelangan tangan. Nadi kuat menunjukan
adanya kualitas gelombang yang agresif serta kandungan unsur yang berlebihan.
2. Nadi Lemah / Kosong
Nadi yang lemah
(kosong) menunjukan tubuh kekurangan unsur.
C. Kedalaman Nadi
1. Nadi
Atas
Denyut nadi
atas mengindikasikan komplikasi gejala luar atau tahap awal penyakit. Denyutan
Nadi atas bisa diketahui dengan merasakan denyutan hanya dengan melalui tekanan
yang ringan. Danyutan akan hilang jika kita menekan (pergelangan) terlalu kuat
(dalam).
Nadi atas
menunjukan gejala kekurangan tenaga pada buah pinggang. Kesan
(tanda-tanda) yang biasa muncul antara lain; sakit kepala, bunyi
berdengung dan berdesing dalam telinga, hotfluses (muka dan
leher menjadi merah)
Nadi atas
juga menunjukan tenaga yang tinggi dalam paru-paru. Keadaan seperti ini
biasanya ditandai (dikesan) dengan adanya batuk-batuk yang merupakan simpton
(gejala) penyakit astma.
2. Nadi
dalam
Denyut nadi
dalam mengindikasikan komplikasi gejala dalam (penyakit dalam).
Denyut nadi tidak wujud (nampak) dengan sentuhan ringan. Denyutan
Nadi baru terasa setelah mendapatkan tekanan (tangan) yang keras. Nadi dalam
menunjukan tanda-tanda seperti keletihan, prolap, cirit-birit atau diare
(mencret), dan keputihan.
III.
PEMERIKSAAN
PERNAPASAN
Pernapasan atau
respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup (organisme) dengan
ligkungannya. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan
sekitar. Pengertian menghitung pernafasan adalah menghitung jumlah pernafasan
(inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.
Pemeriksaan pernapasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
frekuensi, irama kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20 kali per
menit
Pola
Pernapasan
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per
menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa
kali dada meningka
Seseorang
dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida
(CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal.
Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu
tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/
ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan
mengecil.
Teknik pemeriksaan pernapasan :
·
Lihat
·
Dengar
·
Rasakan
Pada
penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekwensi
pernapasannya sedang dihitung.
Anatomi Pernapasan: Hidung ,
Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Bronkeulus, Alveoli, Paru – paru.
Fisiologi :
Fisiologi :
Udara
masuk kedalam rongga hidung, udara tersaring, dihangatkan dan dilembabkan.
pertikel2 debu yg kasar dpt disaring oleh bulu2 hidung yg trdapt dlm lubang
hidung sdangkn pertikel halus akan trjerat dlm lapisan mukus sehingga udara yg
xmpe paring bbs debu n brsuhu mndekti shu tubh serta dg klebabn 100 %. udara yg
tlah mencapai trakea dan bila msh mengandung partikel debu akan dTangkap oleh
sekret2 dalnjutnya akan dTeruskan kedalam paru2 dan melalui pembluh alveoli O2
dan CO2 tertukar dan terjadilah proses pernapasan.
Frekuensi napas normal :
Frekuensi napas normal :
1.
Usia baru lahir sekitar 35 – 50
x/menit
2.
Anak-anak 15 – 30x/menit
3.
Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
4.
Dewasa 16 – 20 x/menit.
Tabel Pola
Pernapasan
Pola pernapasan
|
Deskripsi
|
Dispnea
|
Susah bernapas yang menunjukan adanya retraksi
|
Bradipnea
|
Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama
teratur
|
Takipnea
|
Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal
|
Hiperpnea
|
Pernapasan cepat dan dangkal
|
Apnea
|
Tidak ada pernapasan
|
Cheyne stokes
|
Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian
dengan periode apnea,umumnya pada bayi selama tidur nyenyak, depresi dan
kerusakan otak.
|
Kusmaul
|
Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal, atau
lambat khususnya pada asidosis metabolik
|
Biot
|
Napas tidak teratur menunjukan adanya kerusakan
otak.
|
(Sumber
: Joice Engel,1995 )
Sistem Respirasi Manusia
Istilah bernapas, seringkali
diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah sebenarnya kedua istilah
tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan
napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari
lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke
lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran
(oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh
energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk
melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan,
pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi
sebenarnya saling berhubungan.
Struktur Pernafasan Manusia
a.
Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan
yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan
pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi
dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan
septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh
tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi
oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian
samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan
bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis. Pada dinding lateral terdapat tiga
tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior.
Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan
oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh
sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian
atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel
pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius).
Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali
akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap
hari akan melewati hidung.
b. Faring
Udara dan makanan.
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung
masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang
rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi
sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Dari faring, udara pernapasan
akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga
laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk
jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai
tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal
tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika
udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup
pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan
makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup
tersebut akan membuka.
Pada
pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara
melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
d.
Trakea
Tenggorokan berupa pipa
yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga
dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring
benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus tersusun atas
percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak
berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini,
sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya
paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis. Bronkus
kemudian bercabang lagi sebanyak 20-25 kali percabangan
membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang
berbentuk seperti buah anggur.
f. Paru-paru
Organ yang berperan
penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan organ
tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat
diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga
dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan
paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih
besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh
dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di
dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus.
Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini
menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan
paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas
permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.
Dinding alveolus
mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi
menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang
mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat
oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk
oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan
sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk
oksidasi.
Karbondioksida yang
dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah
menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan
dinding alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung
untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di
alveolus.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan bernapas
adalah :
1. Usia
Saat
lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan
nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut
usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Suhu
Sebagai
respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen
juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi
pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan
oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas
dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada
orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel
tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika
seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Jenis kelamin
Belalang
betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
7. Ketinggian
Ketinggian
mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian
memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
8. Polusi udara
Dengan
adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi
lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang
dihisap menurun, kita pun menjadi lemas.
Metode perhitungan :
Satu
pernapasan adl satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas (satu
kali gerakan nak turun)Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2
untuk mendapatkan frekuensi pernapasantiap menit, pada keadaan normal mungkin
pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilx dikalikan 4.
Persiapan
alat :
·
Stop
watch atau jam tangan
·
Stetoskop
·
Buku
catatan
Cara
kerja
·
Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan pada klien
·
Membuka
baju klien untuk mengobservasi pergerakan dada
·
Menghitung
pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi dan ekspirasi, jika pernapasan
teratur dihitung selama 30 detik dan dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur
dihitung selama 1 menit
·
Mendengarkan
bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudian cek apakah terdengar suara napas
yang abnormal
·
Akhiri
tindakan dengan baik
·
Mencuci
tangan
IV.
PEMERIKSAAN
TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah
tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan
darah pada arteri secara sistemik. Dimana, tekanan darah di vena lebih rendah
daripada tekanan di arteri. Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan dalam
mmHg (milimeter air raksa). Tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan
puncak pada arteri selama siklus jantung; tekanan diastolik merupakan tekanan
terendah (pada fase istirahat siklus jantung) (Wikibooks, 2007: 149). Selama
gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh
katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan
menutupnya katup atrio-ventrikuler dan kontraksi ventrikel. Bunyi
kedua karena menutupnya katup aortik dan pulmoner sesudah kontraksi
ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan rata (terdengar seperti “lup”), yang
kedua pendek dan tajam (terdengar seperti “dup”) (Evelyn C. Pearce, 2010).
Tekanan darah adalah
tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan
darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung.
Istilah ini secara khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial
maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung.
Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole.Tekanan
diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi
atau beristirahat. Pada kurva denyut jantung, tekanan diastolik adalah tekanan
darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung.
Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai
contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai
120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah
pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas
dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur
malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara
berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti
sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat.
Menurut Hayens (2003),
tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung
dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai
pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat .
Pengukuran tekanan darah
dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung,
kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan
tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah
kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya yang dapat ditimbulkan saat
pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan
darah karena tertekuknya kateter, perdarahan ekimosis bila jarum lepas dan
tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas
manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan
dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga
tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001). Sphymomanometer
memiliki dua jenis, yaitu spymomanometer manual yang menggunakan air raksa dan
sphygmomanometer digital. Penggunaan spymomanometer digital lebih mudah
dibandingkan menggunakan spymomanometer manual. Namun dibutuhkan dua kali
pengukuran untuk mengetahui ketepatan hasil pengukuran tekanan darah
TEKANAN DARAH NORMAL
a. Tabel
Nilai normal tekanan darah
UMUR
|
SISTOLIK (mmHg)
|
DISTOLIK (mmHg)
|
Neonate
|
75 – 105
|
45 – 75
|
2 – 6 tahun
|
80 – 110
|
50 – 80
|
7 tahun
|
85 – 120
|
50 – 80
|
8 – 9 tahun
|
90 – 120
|
55 – 85
|
10 tahun
|
95 – 130
|
60 – 85
|
11 – 12 tahun
|
95 – 135
|
60 – 85
|
13 tahun
|
100 – 140
|
60 – 90
|
14 tahun
|
105 – 140
|
65 – 90
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
b. Tabel Klasifikasi hipertensi didasarkan pada nilai
diastolik :
Hipertensi ringan
|
92 – 104 mmHg
|
Hipertensi sedang
|
105 – 114 mmHg
|
Hipertensi berat
|
115 mmHg
|
Hipertensi ganas
|
130Hg
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
c. Tabel tekanan
darah yang normal berdasarkan usia
Usia
|
Tekanan Darah
|
Bayi usia di bawah 1 bulan
Usia 1 - 6 bulan
Usia 6 - 12 bulan
Usia 1 - 4 tahun
Usia 4 - 6 tahun
Usia 6 - 8 tahun
Usia 8 - 10 tahun
Usia 10 - 12 tahun
Usia 12 - 14 tahun
Usia 14 - 16 tahun
Usia 16 tahun ke atas
Usia lanjut
|
85/15 mmHg
90/60 mmHg
96/65 mmHg
99/65 mmHg
160/60 mmHg
185/60 mmHg
110/60 mmHg
115/60 mmHg
118/60 mmHg
120/65 mmHg
130/75 mmHg
130-139/85-89 mmHg
|
Neonatal
|
1 th – 13 th
|
13 th – 18 th
|
18 th keatas
|
Laki-laki
|
87-105
|
105-124
|
124-136
|
Perempuan
|
16-105
|
105-124
|
124-127
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
e. Tabel Nilai Normal Tekanan Darah Diastolik
Neonatal
|
1 th – 13 th
|
13 th – 18 th
|
18 th keatas
|
Laki-laki
|
68-69
|
69-79
|
77-84
|
Perempuan
|
60-67
|
67-80
|
78-80
|
(Sumber :
Joice Engel,1995 )
Persiapan
1) Persiapan alat:
a)
Tensimeter atau Sphygmomanometer
b) Stetoskop
c) Buku catatan
2) Persiapan pasien:
a)
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan
1) Lengan
baju dibuka atau digulung.
2)
Manset tensimeter dipasang pada
lengan atas dengan pipa karetnya berada di sisi
luar
lengan.
3)
Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
4)
Pompa tensimeter dipasang.
5)
Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoskop
ditempatkan pada daerah tersebut.
6)
Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa
sampai
denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas pipa naik.
7)
Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, sehingga air raksa turun perlahan-lahan.
Sambil
memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama.
8)
Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut Systole
(misalnya
120 mm
Hg).
9)
Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir. Skala permukaan air raksa pada
waktu
denyutan terakhir disebut tekanan Dyastole (misalnya 80 mm Hg).
10)
Pencatatan hasil dilakukan
dengan cara sebagai berikut: Systole diatas,
dan
Dyastole
di bawah, misalnya 120/80 dengan satuan mm Hg.
Perhatian:
1) Memasang manset harus
tepat diatas permukaan dinding arteria brachialis.
2) Menempelkan
stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya harus betul-betul tepat.
3) Sebelum menutup
tensimeter, masukkan dulu air raksa ke dalam reservoarnya, manset dan balon
disusun pada tempatnya untuk mencegah pecahnya tabung air raksa.
4) Pada anak-anak
digunakan manset khusus.
5) Bilamana menggunakan
tensimeter elektronik (battery), penggunaannya sesuaikan dengan petunjuk yang
ada secara tepat dan benar.
Daftar Pustaka
1. Andrajati, Retnosari dkk. 2008. Penuntun
Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok:
Departemen Farmasi FMIPA UI.
2. Enykus,
2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1.
Semarang, Kilat press
3. Husen, Saikhu Akhmad dkk. 2011. Petunjuk
Praktikum Fisiologi. Surabaya: Departemen Biologi FST UA.
4. Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: Jakarta
5. Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta
6.
Potter and Perry. (2004). Fundamental of
nursing:Concepts,process & practice. Fourth Edition.St. Louse,
Missouri: Mosby-year Book,Inc.
7. Robert
Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan II,
Jakarta, EGC
8. Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2. Jakarta : EGC.
9. Taylor, C., Lilis,
C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : the art and
science of nursing care ‘Lippincott.
10. Tim
Departemen Kesehatan RI. 1994. Prosedur Perawatan
Dasar. Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
11. Yuni
Kusmiati. 2010. Keterampilan dasar praktik klinik keperawatan.
Yogyakarta. Fitramaya
12. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2104136-tabel-nilai-normal-tekanan-darah/#ixzz289MTds1c
SOP
PEMERIKSAAN SUHU TUBUH
NO
|
URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
|
NILAI
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
A
|
PERSIAPAN ALAT :
|
||||
1. Baki
bersih :
|
|||||
Ø Termometer rektal/air raksa/elektrik siap pakai
|
|||||
Ø Vaselin/pelumas
|
|||||
Ø Kertas tisu bila perlu
|
|||||
Ø Nierbekken
|
|||||
Ø Larutan sabun/deinfektan,air bersih.
|
|||||
Ø Waskom dan tempatnya.
|
|||||
Ø Sarung tangan sekali pakai
|
|||||
Ø Alat tulis dan kertas dokumentasi.
|
|||||
B.
|
PERSIAPAN KLIEN :
|
||||
1. Jelaskan prosedur pada klien.
|
|||||
2. Posisi klien diatur senyaman mungkin.
|
|||||
3. Perhatikan privasi pasien ( Pasang tirai atau penutup(gorden / pintu)
|
|||||
C.
|
PELAKSANAAN :
|
||||
1. Bawa alat ke dekat pasien.
|
|||||
2. Mencuci tangan.
|
|||||
3. Gunakan sarung tangan.
|
|||||
4. Pasang tirai atau penutup (gorden/pintu)ruangan.
|
|||||
5. Buka pakaian yang menutupi daerah anus.
|
|||||
6. Atur posisi klien :
· Dewasa : Sims atau miring dan kaki sebelah atas ditekuk kearah perut.
|
|||||
· Bayi/ anak :tengkurap terlentang.
|
|||||
7. Lumasi ujung thermometer dengan vaselin sekitar 2,5-3,5 cm untuk orang
dewasa dan 1,2-2,5 cm untuk bayi / anak-anak.
|
|||||
8. Buka anus dengan menaikkan gluteus atas dengan diri (untuk dewasa).jika
bayi tengkurap ditempat tidur,regangkan kedua gluteus dengan jari-jari.
|
|||||
9. Minta klien untuk menarik napas dalam dan masukkan thermometer secara
perlahan kedalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan 1,2-2,5 cm pada
bayi /anak.
|
|||||
10. Pegang thermometer ditempat selama 2-3 menit (orang dewasa)
dan 5 menit untuk anak-anak.
|
|||||
11. Keluarkan thermometer dengan hati-hati.
|
|||||
12. Bersihkan thermometer dengan kertas tissue halus dengan cara
memutar dari ujung pentolan thermometer.buang tissue kedalam nierbekken.
|
|||||
13. Baca tingkat air raksa.
|
|||||
14. Lap daerah anus untuk membersihkan pelumas atau feses dan rapikan
klien.
|
|||||
15. Turunkan tingkat air raksa dalam skala awal.
|
|||||
16. Kembalikan thermometer pada tempatnya.
|
|||||
17. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
|
|||||
D.
|
EVALUASI :
|
||||
1. Validasi perasaan klien
|
|||||
2. Bersihkan dan kembalikan pada tempatnya.
|
|||||
3. Cuci tangan.
|
|||||
E.
|
DOKUMENTASI :
|
||||
1. Catat hasil pemeriksaan dan sampaikan pada klien.
|
|||||
2. Cantumksan hari,tanggal,waktu dan nama petugas yang melakukan
tindakan.
|
|||||
JUMLAH
|
Keterangan :
4= Dilakukan sesuai prosedur.
3=Dilakukan tapi perlu perhatian.
2=Dilakukan tapi tidak sesuai prosedur.
1=tidak dilakukan