my prince

my prince
4910

Senin, 27 Oktober 2014

Penyakit Diabetes mellitus /kencing manis


Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut.

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe. DM tipe I biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya. DM tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe DM lainnya adalah DM gestasional, yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa pada pasien tersebut.

Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat, dikarenakan pola hidup yang semakin tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta pola makan yang tidak sehat. Faktor risiko untuk DM tipe II antara lain: genetik, lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat DM gestasional, serta ras atau etnis tertentu.

Gejala DM tipe II antara lain:

rasa haus yang berlebih,buang air kecil lebih sering (frekuensi terbangun dari tidur untuk berkemih saat malam hari menjadi lebih sering dari biasanya),banyak makan,penurunan berat badan tiba-tiba tanpa sebab yang jelas

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah, yakni gula darah setelah puasa 8 jam atau gula darah sewaktu.

Yang penting dilakukan oleh pasien DM adalah mengontrol kadar gula darahnya. Kadar gula darah yang tidak terkontrol (selalu tinggi, atau kadang tinggi kadang rendah, atau terlalu rendah) dapat menimbulkan komplikasi pada pasien DM. Komplikasi jangka pendek misalnya hipoglikemia, yaitu keadaan di mana kadar gula darah yang terlalu rendah (<70 mg/dl). Gejala yang dirasakan pada saat pasien hipoglikemia adalah berkeringat, jantung berdebar, rasa lapar, dan gemetar. Jika tidak diterapi segera, pasien dapat kehilangan kesadaran, meracau dan kejang-kejang. Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi biasanya melibatkan pembuluh darah besar maupun kecil serta sistem saraf. Komplikasi dapat mengenai organ-organ vital seperti otak, jantung, ginjal, mata, persarafan dan lain-lain, sehingga diperlukan pemeriksaan rutin secara teratur.

Ingatlah untuk selalu menjaga kesehatan tubuh Anda dengan pola hidup sehat (makan makanan sehat, olahraga teratur, istirahat cukup, pikiran sehat)

Rabu, 15 Oktober 2014


(S.O.P) MENGKAJI STATUS OKSIGENASI DENGAN OKSIMETRI NADI



PENGERTIAN
Merupakan suatu metode noninvasif yang digunakan untuk memeriksa saturasi oksigen (SaO2) arteri klien dengan menggunakan sensor oksimetri nadi.
Tipe sensor oksimetri nadi dirancang untuk digunakan pada jari, ibu jari kaki, hidung telinga, sekelililing tangan atau kaki pada bayi. Rentang nilai normal pada pemeriksaan ini adalah : 96 – 100%.

TUJUAN
1.   Mengetahui status oksigenasi klien dengan mengetahui saturasi oksigen didalam arteri.
2.   Pengkajian untuk menentukan pemberian terapi oksigen.

NO

TINDAKAN

BOBOT

NILAI
BOBOT
X
NILAI

KETERANGAN
I
PENGKAJIAN



2



1.   Mengkaji status respirasi klien ; sesak nafas, gelisah, hipoksia atau adanya sianosis.
2.   Mengkaji pengisisan kapiler(capillary refill)proksimal.
3.   Mengkaji hasil pemeriksaan kadar hemoglobin klien.
4.   Mengkaji kondisi jari atau tempat lain sebagai tempat untuk meletakkan sensor oksimetri nadi.
II
INTERVENSI




3



A.  Persiapan Alat :
1.   Oksimetri nadi dengan sensor yang sesuai.
2.   Kapas alcohol.
3.   Tissue.
4.   Nierbeken / bengkok.
B.  Persiapan Klien :
Menjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya pemeriksaan oksimetri nadi.
III
IMPLEMENTASI







3



1.   Mencuci tangan.
2.   Memilih sensor yang sesuai.
3.   Memilih tempat yang sesuai untuk sensor. Jika perfusi baik kapiler baik gunakan jari tangan atau ibu jari kaki. Jika klien mempunyai perfusi yang burukgunakan telinga atau hidung sebagai tempat sensor.
4.   Membersihkan area sensor yang dipilih dengan kapas alkohol dan keringkan dengan tissue (bila klien menggunakan pewarna kuku, bersihkan terlebih dahulu).
5.   Memasang sensor, pastikan sensor terpasang dengan sempurna.
6.   Menghubungkan kabel sensor ke oksimeter, nyalakan oksimeter.
7.   Membaca hasil pemeriksaan, dan laporkan ke dokter jika hasil pemeriksaan abnormal.
8.   Merapihkan klie dan peralatan.
9.   Mencuci tangan.


IV
EVALUASI

1



1.   Mengevaluasi hasil pemeriksaan.
2.   Mengobservasi respon klien selama pelaksanaan prosedur.

V
DOKUMENTASI



1



1.   Mencatat hasil pemeriksaan, tempat sensor yang digunakan.
2.   Mencatat respon klien selama pelaksanaan prosedur.
3.   Mencatat intervensi yang dilakukan bila hasil pemeriksaan oksimetri nadi kurang dari normal.
VI
SIKAP




1.   Sistematis.
2.  Hati-hati.
3.  Berkomunikasi.
4.  Mandiri.
5.  Teliti.
6.  Tanggap terhadap respon klien.
7.  Rapih.
8.  Menjaga privacy.
9.  Sopan.
TOTAL
10